Family oriented and education oriented

Kamis, 26 September 2013

Muslimah adalah Pionir

08.54 Posted by Harna Nawir No comments
"Anak muda yang akan sukses besar, tidak akan mudah silau oleh kecantikan bedak dan sasakan produksi salon. Dia mencai wanita yang indah hatinya tapi galak dalam membelaya, yang hati dan matanya dijaga hanya untuknya, yang memelihara kecantikannya yang sederhana itu sampai jauh ke masa tua, yang melahirkan anak-anaknya yang sehat, cerdas dan lucu, yang akan membantu suaminya menjadi pribadi yang sukses dan berpengaruh dan yang akan menjadi sahabat bagi kebahagian satu sama lain dalam umur yang panjang dan sehat" _Mario Teguh_

Wanita adalah penentu masa depan seorang laki-laki, menjadi pembimbing spritual untuk anak-anaknya. Menjadi pionir dalam keluarganya dan memberi pengaruh besar untuk suaminya. Untuk menjadi wanita sepertu itu tidak serta merta tapi butuh proses, jika saat ini masih jauh dari kategori tersebut maka yang harus kita lakukan adalah memperbaiki diri. Memantaskan diri untuk laki-laki yang lebih baik..

"Dianjurkan untuk menikahi wanita yang jelita. Kecuali jika terjadi kontradiksi antara wanita yang cantik jelita namun tidak shaleh da wanita yang shaleh namun tidak cantik jelita. Jika keduanya sama dalam hal keshalehan, maka yang cantik jelita lebih utama untuk dinikahi" _Ibnu Hajar_

Shaleh yang diutamakan, menjadi wanita shaleha adalah dambaan setiap wanita. Tak sedikit wanita yang ingin seperti itu. Tapi hanya sebatas ingin tanpa melakukan bukti nyata untuk membuktikan bahwa mereka serius ingin menjadi wanita shalehah. Tidak masalah seorang laki-laki mencari yang cantik, karena sudah menjadi fitrah manusia suka dengan keindahan. Istri yang cantik itu menyehatkan mata. Tapi, ingat yang paling penting karena agamanya. 

Keindahan paras menjadi sumber pahala ketika para muslimah mengoptimalkannya untuk menarik perhatian suaminya. Parasnya membuat sang suami betah di rumah. Cantiknya menjadi penenang jiwa, penyejuk mata dan penentram hati bagi sang suami. Ia menjadikan kecantikan wajahnya sebagai pemelihara menjaga pandangan suaminya hingga tak ada berpaling hanya pada istrinya. 

"Nafsu menilai berdasarkan cantik paras da seksi tubuhnya. Akal menilai berdasarkan brilian otak dan lincah tingkahnya. hati menilai berdasarkan indah akhlak dan ilmu agamanya. jika terpaksa harus memilih, maka utamakan hatimu. Karena ia akan menjanjikan kebahagian yang hakiki dan abadi" _Ahmad Rifai Rif'an_

Jadilah muslimah yang beriman dan bertakwa, menjaga hatinya dan tidak memberikannya pada yang bukan halal. Hanya teruntuk suaminya kelak. Sekarang masih menjadi rahasia tapi dia akan masa depanmu..

Sesal

08.23 Posted by Harna Nawir No comments
Tak pernah terpikirkan bahwa mencintamu itu pernah tercipta begitu saja. Benar-benar menerobos akalku. Ketika ditanya mengapa? Aku tak bisa menjawab apapun, bahkan dengan satu kata. Lalu, kenapa mesti dengan kamu? Dan sekarang aku menyesal.. Andai saja, dulu aku berjalan teguh dengan prinsipku tak akan terjadi seperti ini. Akh.. aku menyesal dan itu sangat. Aku manusia biasa, masih sanat susah mengelak dari penyesalan masalah yang pernah menyayat hati.

Saat kutau bahwa itu hanyalah permainan kecil yang kau mainkan, selayaknya aktor profesional. Tanpa curiga aku mengikuti alurmu tanpa bertanya sedikitpun. Lihatlah, betapa bodohnya aku dulu. 
Kau mencintaiku dengan sangat dan itu katamu didepanku, dengan begitu jelas aku melihat mukamu yang membuat empatiku membumbung tinggi. Katanya kita saling mencintai.. Hanya sebatas itu, tak ada yang namaya pacaran. Aku ajukan itu sebagai syarat, agar aku bisa bertahan dengan rasaku yang begitu lama. Sangat lama, bahkan ketika yang lain datang ingin menyuntingku dengan hormat aku menolaknya begitu saja karena engkau pernah berjanji, ingin datang kerumahku, menemui orangtuaku dan menjadi pendamping hidupku kelak. Begitu sempurna rencanamu.. Dan lagi, aku dibodohi dengan ucap katamu yang begitu manis. 

Tiba-tiba, engkau menghubungiku dan katamu kamu ingin menikah dan itu bukan aku. Seenaknya kamu berkata seperti itu, dengan lincah tanpa beban kau mengatakannya begitu saja tanpa berpikir bagaimana hatiku karena katamu. 
Aku tidak akan pernah mengiba-iba kepadamu, memintamu menepati janjimu. Tidak akan dan itu tabu untuk kulakukan. itu bukan gengsi tapi harga diriku jauh lebih berharga dari cinta busuk yang kau iming-imingkan dulu. Kaupun menikah dengan gadis pilihanmu.. 

Aku bersyukur karena tidak menikah denganmu seorang pembuat skenario. Tapi, skenario yang kau buat hanyalah bagian kecil dari skenario terbaik yang dibuat oleh Allah untukku.. 

#Terinspirasi

Lebih Dari Ini

07.51 Posted by Harna Nawir No comments
Imajiku selalu saja lari dari batas logika
Mengelilingi serambi di alam khayal
Menempuh pergolakan nyata dengan akalku
Inginku dipayungi oleh imajiku
Keduanya berjalan selaras, bersatu membentuk komposisi mimpi yang indah
Namun tidak dengan logika..

Berjalan di atas perbedaan, menari sendiri dan berjuang sendiri tanpa berbalik ke arah 'Ingin' ku
Dan Rasa-rasanya, 'Ingin'ku berteriak 'Aku bisa Lebih dari ini, menggapai imajiku dan merebut tahta yang ingin kau hancurkan begitu saja tanpa melihat apa yang bisa aku lakukan'
Tak sampai di ruang logiku, akalku menutupi, menciptakan gelombang ombak yang begitu dashyat. Seakan-akan ingin mencegah lagkahku..

Imajiku tak semudah itu diluluh lantahkan begitu saja
Lihatlah.. imajiku semakin tercipta, bersolek ria dengan keanggunan ingin yang meninggi.
Tidak.. langkahku sudah sejauh ini, kali ini aku akan memihak pada imaji yang sengaja kucipta, tertata rapi dalam album mimpi dan membentuk bingkai Cita-Cita.
Lihatlah nanti, aku bisa lebih dari ini.


Don't Say "Aduh'

07.31 Posted by Harna Nawir No comments

Kata 'Aduh' bukanlah kata yang jarang didengar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari lebih dari sekali kita menyelipkan kata 'aduh' dalam kalimat perbincangan. Kata yang singkat, hanya terdiri dari 4 suku kata tapi pernah kah kita menyadari bahwa kata 'aduh' memiliki unsur keluhan. Seringkali kita melontarkan kalimat keluhan tanpa disadari bahkan sudah dianggap sangat biasa. Tahukah bahwa keluhan adalah salah satu ciri orang yang tidak bersyukur..

Misalnya nih.. 
Aduh.. kenapa jadi begini? Kenapa tidak seperti yang aku inginkan? 
Aduh.. kok hidupku berat amat.
Aduh.. kepalaku sakit.. Aduh.. bla bla bla ble.. 

Pernah tidak melontarkan kalimat seperti itu? Saat dikerubuti sebuah masalah besar, tak enyahnya kita mengeluh, setiap saat. Apakah masalah kita terselesaikan dengan keluhan-keluhan itu? Tidak kan.. Tentu TIDAK.

Kata 'Aduh' selalu saja terloloskan dari penjara kosa kata negatif. Lalu Lalang di pintu lisan, keluar seenaknya saja. Apa lagi jika hati sedang dirundung galau.. Kata 'Aduh' semakin menjadi-jadi, berkembang biak melahirkan sejuta kata yang sama. Lalu bagaimana memangsa kata negatif ini? Tentu saja dengan pikiran yang tenang dan hati yang senang. 
Saat ingin mengeluarkan kalimat, hendaknya dipikir-pikir dulu, apakah berdampak baik atau buruk. Semua pilihan ada pada diri kita.. Hasilnya, hanya kita yang bisa menuainya pula. Jika menanam kebaikan, maka akan berbuah kebaikan dan sebaliknya. Hukum sebab akibat berlaku, anda yang melakukan penyebab dan anda pula menjadi penikmat akibat dari sebab.

Coba renungkan baik-baik, dalam satu hari ini berapa kali kita mengeluh. Entah mengeluh karena kehabisan uang atau mengeluh karena ban motor kempes. Coba renungkan sekali lagi.. kemudian catet baik-baik. Setiap hari, lakukan hal yang sama. Lalu liad apakah ada perubahan..
Bukankah, orang yang hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang merugi. 
Jika belum bisa melakukan kebaikan lebih banyak, setidaknya kurangi ladang dosamu. 
Ingat, Apa yang dikeluarkan oleh lisan kita akan dipertanggungjawabkan. Mulailah dari hal yang kecil, merubah kebiasaan-kebiasaan kecil negatif yang seharusnya tidak usah dilontarkan.. 

Dan jika kata 'aduh' keluar dari lisan karena masalah yang dihadapi sangat berat, maka ampuhkanlah jurus kesabaranmu, tajamkan keikhlasanmu dan serahkan semuanya kepada Allah. 



Rabu, 25 September 2013

Ayo Perbaiki diri

22.03 Posted by Harna Nawir No comments
Manusia acap kali melupakan kewajibannya sebagai hamba yang ber-Tuhan. Melupakan tentang nikmat yang diberikan, seakan lari dari tanggungjawab sebagai seorang hamba. Hanya mempertanyakan hak tanpa melakukan kewajiban sebelum memperoleh haknya. Apakah seperti itu patut digelari sebagai orang yang bersyukur? Apakah selama ini kita tergolong manusia yang baik atau yang buruk? Tanyakan dalam hatimu, tentang kepatuhanmu kepada Allah selama ini. Ini bukan nasihat ataupun petuah yang harus dilakukan, tapi setidaknya dengan sedikit membaca kan merubah mindset kita dalam beribadah. Bagaimana menomor SATU kan Allah di hati, yang diwujudkan melalui langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Terlalu banyak manusia yang durhaka dengan Allah.. Saya berkata seperti ini, bukan berarti saya sempurna tapi kita sama-sama belajar, saling mengingatkan. 

Buatlah tameng pertahanan, agar tameng itu memangsa kesombongan dan penyakit lain yang bisa merusak hati. Penyakit yang bisa mengurangi kadar iman dalam hati, meronrong takwa yang sudah bernyawa di hati. Apakah anda mau keimanan dan ketakwaan kita tergadaikan oleh indannya dunia?? Rasa-rasanya, hal itu sangat rugi. Tapi jangan juga mengabaikan dunia, itu hal yang kurang baik. Perlu adanya keseimbangan kehidupan akhirat dan dunia. Siapa yang tidak ingin jadi orang kaya?? Nah, liad semua tangannya disembunyikan kan. Artinya, semua ingin jadi orang kaya. Sudah beriman dan bertakwa, kaya pula. Bisa mendirikan mesjid, panti asuhan, rumah tahfidz dan lain-lain.Mantap kan??

Garis hidup yang perlahan teruntai merupakan akumulasi dari perbuatan kita, bagaimana kita menggambar garis hidup yang lurus sesuai tuntunan-Nya dan sebaliknya, semua itu kembali ke diri pribadi masing-masing. 
Apakah anda pernah berpikir..
Kenapa Allah menciptakan kita ke dunia ini? untuk apa??
Kenapa Allah memberikan nikmat yang sangat begitu besar, unlimited. Manusia terpintar di duniapun tidak akan mampu menghitung nikmatnya. Atau anda ingin mencoba menghitungnya?? Silahkan tapi jangan sampe anda gila yah, itu bukan tanggungjawab saya loh.. hehe
Pikirkan semua itu.. 
Anda pasti pernah mendengar kalimat yang intinya sama dengan kalimat ini "Hal yang terdekat dengan kita tanpa jarak sedikitpun adalah kematian"
Pernah berpikir tentang kematian anda? Dimana anda meninggal? Apakah nantinya jasad anda dikuburkan di tempat yang selayaknya ataukah anda meninggal karena kebakaran atau karena tenggelam dilautan. Sepenuhnya, itu rahasia Allah.
Yang perlu kita persiapkan hanyalah amal kebaikan, menabung amal jariyah dimana-mana, melakukan ibadah sesuai dengan ajaran-Nya.
Selalu perbaiki diri dan Selalu bersyukur

Kau Tau

21.19 Posted by Harna Nawir No comments
Kau tau..
Tanpa kau aku tidak akan luka.
Tanpa kau, tak secuil pun hatiku hilang
Tanpa kau, tak ada sedikitpun semilir angin yang menerpa.
Tanpa kau, itu lebih baik.
Setidaknya tanpa kau, aku bisa beribadah lebih baik.
Akalku semakin jernih tanpa kau disini mengganggunya
Apa kau tau??
Kau hanya mengganggu ketentraman di zona nyamanku
Kau seolah-olah ingin merenggut logikaku dan berusaha menguasai hatiku
Aku tidak akan membiarkannya.. Sedikitpun  tidak.
Kau seenaknya saja datang, tiba-tiba menyuguhkan sikap yang seperti aku inginkan
Kau membuat skenariomu sendiri, tanpa sadar bahwa ada sekenario yang lebih Nyata oleh-Nya


Selasa, 24 September 2013

'Tradisi' yang Memisahkan

08.04 Posted by Harna Nawir No comments
Tradisi dapat memisahkan cinta? Loh kok bisa?
Bisa dan biasa terjadi. Tradisi yang sudah mendarah daging dimasyarakat dijadikan sebagi aturan dan norma dalam bermasyarakat, mengatur bagaimana hidup bermasyarakat termasuk dalam hal pernikahan. Tradisi 'X' misalnya, pada saat  lamaran pihak laki-laki harus menyediakan yang namanya “Uang panaik”. Uang panaik berbeda dengan mahar, uang panaik adalah uang resepsi yng diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan.  Uang panaik diatur sesuai tradisi dan itu turun temurun. Tidak sedikit laki-laki yang mengeluh mengenai uang panaik. Semakin tinggi sekolah dari perempuan yang menganut tradisi 'X' ini, maka semakin tinggi pula uang panaik yang harus dipenuhi oleh laki-laki yang meminangnya. Ditambah lagi, jika keluarga perempuan ini terpandang dimasyarakat, uang Panaiknya semakin cetar membahana badai... Ulala...

Lalu, apa jadinya jika sang laki-laki tidak mampu memenuhi permintaan orang tua si perempuan?
Maka, seketika itu lamarannya ditolak meski kedua insan ini saling mencintai. Tak ada toleranasi.. Hal ini disebabkan karena gengsi orang tua yang semakin menjadi-jadi, mereka tidak akan menerima laki-laki yang uang panaiknya sedikit. Harus setara dengan kedudukan si perempuan bahkan harus melebihi.

Tradisi yang memisahkan..
Tapi kan yang namanya jodoh nggak bakalan kemana. Hanya saja kasihan para lelaki, yang harus menyediakan uang yang begitu besar untuk melamar sang perempuan. kalau uangnya dihabiskan untuk pernikahan, modal usaha pasca nikah ambil darimana coba. Hal ini perlu diubah, persepsi orang tua tentang pernikahan harus dirombak.Memang, hanya sebagian saja orang tua yang masih menganut kental tradisi seperti ini. Sebagai anak, sebaiknya kita melakukan pendekatan kepada orang tua kita bahwa hal utama yang harus dilihat dari seorang laki-laki yaitu agamanya, kecintaannya pada Allah. Dengan kalimat yang lembut dan sopan orang tua pasti akan mengerti dan tentunya jangan lupa doakan mereka agar tidak meletakkan tradisi di atas agama.


Semangat Untuk Para Lelaki ^_^

Pernyataan Menggelitik

07.45 Posted by Harna Nawir No comments
Siang itu begitu panas, matahari menyengat hingga kulitku dibuatnya jadi belang. Naik motor dan diantar oleh teman  ke tempat kerja. Rutinitis yang selalu saja membuatku harus menjinjing tas yang isinya penuh dengan berkas-berkas penting. Saya datangnya telat dan harus berlari menuju ruang kerja, pasien sudah menunggu dan sudah diserbu PING oleh rekan kerja.  
Sesampai di kantor, tiba-tiba dikagetkan dengan pertanyaan. Yang antar siapa? Pacar yah? 

"Wallah.. pacar. Sekarang masih zamankah yang namanya pacaran" seru dalam hati
Saya membalas pertanyaannya dengan senyum manis dan berkata 'Saya nggak punya pacar mbak"

"Loh, kok begitu? Kamu kan sudah gede, sudah 22 tahun. Saatnya, cari pacar donk. Jangan terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatanmu. Sesekali luangkan waktu untuk hal pribadimu" Ucap Ibu Rini

"Saya nggak pacaran mbak, saya mau langung nikah aja" Balasku

"Saya dulu, Usia 20 tahun udah nikah dan suami saya itu yah pacar saya dulunya. Pacaran itu enak loh"
Dan lagi, saya hanya menyuguhkan senyum termanisku tanpa berkomentar apapun.

Penyataan sangat menggelitik, Pacaran udah dianggap biasa. Katanya "Bukan cewek normal klw nggak pacaran"

Sekian ^_^

Keluh Tak Bersuara

06.56 Posted by Harna Nawir No comments
Imanku goyah, menerpa pertahanan yang telah lama terbangun.
Suara gemuruh rontah terdengar dari dalam hati
Naluriku seketika menepiskan logika
Menyurutkan niat hati untuk menjadi ini dan itu
Semuanya lulu, sudah...
Aku Mengeluh....
Hempaskan asa yang kian memenuhi otak
Ini hanyalah fase yang harus dilewati
Berusaha yakinkan kembali hati yang kian menangis
Mengumpulkan kekuatan tuk merobohkan dinding besi yang terpampang depan sana
Membangun kepercayaan diri yang mulai pupus
Apakah aku mampu meraihnya?
Ah.. dan aku mengeluh lagi.
Aku berkeluh berusaha tak bersuara
Membangun kembali kegigihan yang pernah kuhempaskan begitu saja
Menyusun kembali mimpi-mimpi disecarik kertas rapi
Melapaskan keluhan-keluhan yang sempat menjadi parasit

JEJAK RASA

06.37 Posted by Harna Nawir No comments
Tak ada celah untuk mengembalikan rasa  seperti dulu, semuanya terkubur begitu saja. Bersama luka yang pernah tergores nyata di hati. Ini bukan tentang kehilangan karena toh sejatinya, kita tidak pernah saling memiliki. Ini hanya, rasa yang sudah menjadi jejak.

“Aku ingin menikahimu”.. kalimat itu masih terngiang dibenak, saat aku menginginkan engkau menjadi istriku. Masih sangat jelas, kala harapan itu membuncah. Kala rasa itu masih bersemayam di hati dan katamu kau merasakan hal yang sama. Meski saat itu,  kita hanya ngobrol via telpon. Aku tidak melihat mimik mukamu, apakah bahagia atau ragu? Yang pasti, aku sangat berharap.

Bukankah, kau berkata. Pacaran itu haram? Maka lekas, aku memantaskan diri untukmu. Membenahi diri menjadi lebih baik, agar aku pantas bersanding dengan dirimu yang begitu anggun dan mempesona. Aku mengagumi akhlakmu yang terjaga, tutur katamu yang begitu lembut, hijabmu yang sempurna. Semuanya yang ada pada dirimu, terutama agamamu.

Keraguan sesekali menyelinap di hati, apakah aku pantas denganmu? Aku menunggu jawabanmu tanpa keluh.. sembari memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bukankah, orang baik akan berjodoh dengan orang baik dan sebaliknya. Maka dengan sepenuh hati aku berusaha menjadi orang yang baik, bukan karena dirimu tapi karena Allah. Kecintaanku kepadamu, tidaklah lebih besar dari rasa cintaku kepadaNya.

Tak lama kemudian, engkau memberiku jawaban yang sangat menyayat hati. Semestinya malam itu hening, tapi ketika itu bak angin kencang menghampiri tubuhku yang tidak begitu kekar. Seketika itu, tubuhku kaku dan tak bisa berkomentar apapun. Harap yang dulunya menggunung, perlahan-lahan mulai luluh. Harapan itu kini mulai hancur. Aku salah, semestinya dari awal aku tidak berharap denganmu. Bukankah, berharap itu hanya kepada Allah. Ya Allah, satu pelajaran hidup yang sangat berharga buatku.

Masih teringat jelas, malam itu engkau berkata “Kak, Maaf yang sebesar-besarnya. Saya sudah dijodohkan oleh ibu saya dengan orang yang saya kenal sebelumnya dan saya tidak bisa menolak permintaan beliau”..
Sangat singkat, namun begitu menanam luka di hati. Sudahlah, dia bukan jodohku.

Banyak hikmah dibalik semua yang terjadi, meski sekarang sudah menjadi jejak rasa namun pelajaran yang dipetik sangat banyak dari mengenal sosokmu.
Bagaimana aku berubah menjadi lebih baik..


Sekali lagi.. Aku tidak pernah kehilangan karena aku tidak pernah memiliki. 


Jumat, 26 Juli 2013

Bukan Cinta Yang Tak Bertuan

07.38 Posted by Harna Nawir No comments
Tersungkur aku dalam sujud
Terbuai dalam lantunan doa
Terhenyak dalam dzikir yang khusyuk
Menyimpan ingin disetiap ucap kata dengan-Mu
Sebilah harap masih nyata sebelum ada akhir

Cinta dalam diam..
Kalimat klasik namun rutinitas yang selalu menyertai hela nafas
Sampaikan salam rindu kepada si empunya ‘cinta dalam diam’ ini
Ini bukan cinta yang tak bertuan
Nyata terlihat dan terasa
Masih dengan tuan yang sama
Menghilangkan kata bosan dalam kamus kata ku..
Mengasuh setia dalam hati..

Ini cinta dalam diam yang bertuan
Menyuburkan rindu yang terlafadzkan dengan dzikir
Terkadang noktah-noktah asa dan peluh mengapung tanpa daya
Terpanjara dalam harap semata
Tak menemukan sepercik cahaya dibalik doa yang terlantunkan setiap saat
Kepetusasaan mencinta dalam diam terkadang membiarkan dirinya mengapung hingga batas cakrawala..
Melewati batas logika

Ini bukan cinta yang tak bertuan
Terpampang nyata di hati.. Nama, caranya berjalan, sikapnya, tutur katanya. 
Semua masih tersimpan dalam diam
Untuk cinta yang bertuan.. 



Keikhlasan dan Ketabahan

06.53 Posted by Harna Nawir No comments
Panggil saja “Nurul”.. Saat ini usiaku 28 tahun dan aku hidup tanpa seorang ayah, yang beberapa bulan lalu telah dipanggil oleh-Nya. Kenangan ayah yang pernah tertorehkan dalam lembar-lembar kisah hidupku tidak akan pernah terlupa, seiring berjalannya waktu. Dia sosok yang bijak dan penuh dengan tanggung jawab dengan istri dan anak-anaknya.. beliau meninggal tanpa melihatku menikah, membina rumah tangga dengan seorang lelaki. Kisah percintaanku begitu suram dan pedih, hanya luka yang sempat tersimpan di memori.

5 tahun lalu, aku pernah dilamar dengan seorang laki-laki yang mencintaiku dan akupun merasakan hal yang sama. Saat itu usiaku masih 23 tahun, bahagia memenuhi ruang hatiku saat itu. 3 bulan sebelum acara pernikahan dilangsungkan, aku sudah mempersiapkan semuanya, layaknya persiapan calon pengantin. Terkadang, apa yang kita inginkan hanyalah sebuah ingin semata, tak menjadi kenyataan.

Malam itu, aku gelisah tak tenang rasaya dalam hati. Kaki ini bak terpanggil ke rumah calon suamiku itu. Tapi tidak mungkin rasanya aku kesana.. apa perkataan orang-orang. Tiba-tiba dia menelpon dan dia mau mampir ke rumah. Tapi aku menolak kedatangannnya, diapun setuju dan dia langsung menutup telponnya. Tapi kegelisahan itu tetap saja tak hilang dari hati... aku memberanikan diri menyapanya dan mendatangi rumahnya.

“Dia tidak ada di rumah” Kata ibunya..
Aku pun terheran saat itu, kegelisahanku semakin bertambah. Aku berjalan pulang melewati arah yang berbeda sewaktu datang.
Tidak, aku melihat dia di rumah tetangganya. Duduk berdua dengan cewek itu, berpelukan mesra. Apa artinya ini?? aku menghampirinya dan dia kaget. Aku tidak meminta penjelasan apapun dengan dia, cukup kedua mataku jadi saksi nyata atas pengkhianatan yang dia lakukan. Aku mengenal calon suamiku itu, sudah 7 tahun. Bukan waktu yang singkat.. tapi dia mengkhianati diujung penantian ini..

Aku pulang di rumah dengan isak tangis, apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tuaku, keluargaku yang lain. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan ini. apakah harus tetap dilanjutkan atau dihentikan saja..

Telpon dan smsnya, tidak ada. Bahkan hari ketiga setelah kejadian itu, dia tidak menjelaskan apapun tentang kejadian malam itu. Tiba-tiba sepupunya datang ke rumah dan ingin berbicara dengan saya. Aku sangat dekat dengan sepupunya karena sebaya denganku. Dia berkata kalau kakak ‘Calon suamiku” sudah menikah dengan gadis yang waktu itu. Mereka menikah tanpa restu kedua orang tuanya, mereka menikah tanpa dimeriahkan dengan pesta. Hanya akad nikah yang berlangsung singkat..

Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia berubah.. Mataku berkaca-kaca. Aku tidak bisa menahan kesakitan yang dia torehkan tepat di hatiku yang paling dalam. Hari itu, aku beranikan diri membicarakan kepada kedua orang tuaku dengan sebaik-baik prakata. Alhamdulillah, dia mengerti dan mereka mencoba menghiburku. Tidak Ibu, ayah.. aku ikhlas menerima semua ini. dia bukan jodohku, dan alhamduliillah Allah SWT telah menunjukkan siapa dia sebenarnya.

Hari berganti hari, terdengar kabar kalau mereka bercerai dan ibu dari mantan calon suamiku maih sering memanggil saya ke rumahnya. Hanya silahturrahmi.. bahkan anak dari pernikahannya yang belum cukup 1 tahun itu sering aku gendong.
Sepupunya, sering mengatakan kalau kakaknya menikah dengan gadis itu karena gadis itu hamil. Astagfirullah, saat itu hatiku borok mendengarnya.
4 tahun berlalu setelah peristiwa itu, dia masih menghubungiku dan belum menikah lagi. Aku tidak mau denganmu, cukup jelas peluh yang kau berikan pada saat itu.


Tersadar seketika, bukan alasan dendam sehingga aku tidak mau menerimanya lagi. Aku ikhlas atas peristiwa waktu itu.. aku ikhlas. Tapi tolong, hentikan inginmu saat ini. Maaf..  Rasa itu telah mati beberapa tahun lalu, seiring awal pengkhianatanmu.. 


Sapaan Pangeran Berpeci

06.02 Posted by Harna Nawir No comments
Lembut suara, bijak tutur kata dan cahaya imannya terpancar seketika.
Seketika itu pula menghanyutkan aku dalam mimpi yang lelap.
Dia menyapa dan aku menyapanya balik.
Pangeran berpeci, menghampiriku di alam mimpi malam ini.
Bahagia dan terselip harap yang menggunung..
Apa pangeran berpeci itu kamu, seseorang yang kukenal lama?
Tidak.. sketsa wajahnya berbeda. Namun sopan tingkahnya seperti kamu..
Merenung berampar sajadah
Mengikuti ingin hati yang semakin redup
Pangeran berpeci itu, menawarkan senyum yang begitu menawan
Sesekali menghapus sedih hati dalam mimpi
Membasuh asa dalam penantian
Ini hanya mimpi..
Mimpi yang seperti nyata, meski wajahnya masih samar terlihat.
Belum terlihat ukir wajah yang nyata
Hanya senyum sapanya, yang teringat jelas
Pangeran berpeci..
Apa kehadiranmu dalam mimpiku, sebagai tanda bahwa penantian ini segera akan menemukan ujung.
Apa sapaanmu, akan menjadi nyata.
Beri saya tanda sekali lagi..



Senin, 22 Juli 2013

Bertahan Tanpa DiTahan

14.16 Posted by Harna Nawir No comments
Dengan kedua tangan aku membangunnya
Penuh harap dan sesekali tangis menyelinap
Menembus pertahanan yang terbangun
Kubiarkan begitu saja
Tercipta dan semakin membuncah di sanubari
Bahagia tercipta, komitmen terlisankan
Diam.. hening.. tapi bukan berarti hati tak berbicara
Masih melihatmu dengan jelas dengan kedua mata dan hati
Masih berdiri tapi kau mulai melangkah
Jauh.. samar.. bahkan tak terlihat
Lihat.. Langkahmu semakin jauh.. sangat jauh.
Kau terkalahkan oleh waktu..
Aku menutup mata dan semuanya gelap
Tak terlihat aba-aba bahwa kau masih tetap bertahan
Sekarang, dengan sebelah tangan aku masih membangun rasa itu.
Aku bertahan tanpa ditahan
Menunggu tanpa disuruh menunggu
Hingga waktu bosan dan menyudahinya dengan sendiri








Don't Give Up

13.48 Posted by Harna Nawir No comments

Lelah...
Tubuh meringkuh perih
Tapak tangan terikat sempurna
Terbalut duka tanpa sepercik suka
Terdiam dan menafikkan waktu yang tak berpihak
Ini keluh, tapi tak berpeluh
Semangat yang tercipta
Tak terlihat, padam, sunyi, sepi
Angin-angin meraihnya begitu saja
Tak menyisakan disini sedikit pun
Semangat juang..
Sekarang dimana?
Mungkin.. letih yang berbalut duka 
Menutupi semangat itu
TIDAK.. TIDAK... TIDAK
Bangun dan raih semangat juang itu.
Aku tidak menginginkannya pudar dan mati begitu saja
Hanya perlu bersabar
Menanti lebih lama
Mengumpulkan puing-puing semangat
Bersama lelah dan letih yang kian terasa
Sudah.. lupakan..
Kobarkan kembali semangat itu
Hingga berdiri sempurna dalam singgasana kesuksesan
Katakan “Don’t give up”

Hari ini, Aku di Khitbah

13.06 Posted by Harna Nawir 2 comments
Pesan itu, memecahkan ketenangan malam ini. Bak, angin kencang yang tiba-tiba terhembus di kesunyian malam. Merasuk hingga ke alam bawah sadarku. Membongkar kembali ketenangan yang sudah tercipta, menggoyahkan rasa yang ada disini.

Ukh, aku baru mengenalmu dan hati ini ingin menyempurnakan separuh dienku denganmu. Aku ingin melamarmu, mendatangi orang tuamu dan meminta izinnya untuk meminangmu. Maaf ukh, atas kelancanganku”..

Sejenak kualihkan pandaganku dari pesan singkat itu. Ini bukan pertama kalinya, sebelumnya sudah ada beberapa ikhwan yang ingin mengkhitbah tapi aku acuhkan begitu saja. Tapi kali ini, benar-benar membuat saya berpikir, bagaimana saya menolaknya? Dengan alasan apa? Dia seorang ikhwan yang taat.. dengan agamanya dia bisa membimbingku ke jannah-Nya. Seharusnya, sekarang aku bahagia.. 
Tapi.. ta.. ta...taaa.. 
Lidahku kaku, tubuhku tiba-tiba layu, penglihatanku tiba-tiba jadi samar. Badanku sulit untuk digerakkan butuh asupan energi. Kenapa  tiba-tiba ragu? Bukankah, ini yang aku inginkan. Ikhwan yang agamanya bagus dan hidupnya mapan. Bukankan ini yang aku inginkan selama ini?? Aku membisikkan kalimat itu, mempertanyakan keinginanku yang sudah jauh hari terbangun.

Ya Allah.. kali ini aku benar-benar diselimuti keraguan.
Kembali kubaca pesan singkat itu, ini benar-benar nyata. Dia mengkhitbahku dan bahkan dia ingin melamarku. Lalu, bagaimana dengan perasaanku? Apa harus kukorbankan..
Bagaimana aku menjawab permintaan itu. Sunggu sangat sulit mengambil keputusan itu, mungkin permintaan itu tidak dapat kupenuhi. Tapi, bukankah ini yang aku inginkan.
Akkhhh.. aku butuh petunjuk-Mu. Sunyi mulai menepi, sebagai aba-aba bahwa aku siap menjawab pertanyaan itu. Gemersik dedaunan sudah tak terdengar lagi, mungkin saatnya aku menjawab tapi dengan menjawab apa, caranya bagaimana??
Aku memberanikan diri menjawab dari pesan singkat itu..

“Afwan akh, bukannya aku tidak menginginkan akhi menjadi pendamping hidupku, tapi karena sesuatu dan lain hal sehingga aku tidak bisa menerima permintaan itu akh. Maaf yang sebesar-besarnya, semoga Allah menuntun langkah akhi, untuk menemukan tulang rusuk akhi’.

Aku menolaknya, lagi dan lagi. Lalu pendamping yang bagaimana yang aku inginkan? Apa karena perasaanku dengan seorang ikhwan yang kukenal itu membuat egoku semakin besar. Aku terlalu mengutamakan perasaanku..
Tapi ikhwan itu, tak pernah ada kabarnya. Kepastian yang kuharapkan tak kunjung datang. Ini hanya harapan semu..

Perisai-perisai yang kubangun selama bertahun-tahun kian pecah, membongkar sebongkah rindu yang selama ini tercipta. Apa ini dosa?? Aku menolak ikhwan yang datang dengan tulus demi perasaanku untuk seseorang itu. Aku egois..
Lalu, apa yang harus kulakukan? Apa aku harus melepaskan harap ini.. tidak, aku tidak sanggup. Lalu? Logika ku dan hatiku selalu saja berdebat.. yang mana harus kudengarkan??

Disini ada rindu, tepat  di atas ulu hatiku yang telah lama terpatok memendam rindu. Rindu untuk bersatu yang tak pernah berani ku tawarkan padamu. Bahkan, menyapamu pun aku tak berani. Apa sudah saatnya, aku padamkan rasa itu? Mungkin sudah saatnya, cinta itu kutawarkan kepada ikhwan yang lain.

Tapi, aku sudah menolak ikhwan yang mengkhitbahku hari ini. Mungkin terlalu cepat aku menjawab permintaan itu. Kita belum berjodoh akh’.. semoga engkau dipertemukan dengan wanita yang lebih baik.. 



Sepasang Bidadari ^Ayah dan Ibu^

11.53 Posted by Harna Nawir No comments

Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi terkadang terasa serak disini. Ucapku seakan tertahan diteggorokanku, tak mampu terucapkan. Gerakku, mulai tak karuan. Aku tak tau bagaimana cara mengungkapkannya. Bisakah, ungkapan itu terwakili hanya dengan sebuah tindakan?

Akkhh.. aku rasa, tindakanku pun tak mampu mewakili besar rasa disini.
Ayah.. Ibu.. Akankah bisa aku membalas kebaikan kalian, Kasih kalian, belaian kalian, Nasihat kalian, dan semua hal yang pernah Ayah dan ibu ajarkan untuk anandamu ini.
Apa bisa? Apa mampu??

Ibu..
Ketika engkau mengeluh karena sakit, aku pun juga merasakan sakit. Tapi tanganku tak bisa berbuat lebih.. teringat ketika waktu kecil, saat aku sakit. Engkau pontang panting, mencari obat kesana dan kesini. Hanya demi kesembuhanku.. Ibu, aku ingin berlari kepangkuanmu. Memelukmu dengan kasih, merayumu dengan kalimat manja dan mendekapmu lebih dekat lagi.

Saat aku mulai jenuh dengan keadaan yang terkadang menghimpit di dada, langkah untuk mencapai impianku semakin surut dan imajinku tentang cita-cita sudah pudar. Engkau mendatangiku, duduk disampingku, memelukku, kemudian membisikku. “Nak, Raih impianmu, jangan pernah menyerah. Doaku selalu menyertaimu”.. kemudian aku memelukmu ibu, sangat erat. Lalu, aku menangis dipangkuanmu, menceritakan tentang masalahku hari ini..

Hari ini ibu berkata, “Nak, dadaku semakin sakit”..  tak sengaja aku mengeluarkan airmata di depanmu, Engkau melihatku menangis. Ibu, aku tak sanggup mendengarmu kesakitan. Ibu, aku ingin suatu saat nanti, Ibu dan Ayah melihat kesuksesanku, melihatku menikah, melihat anak-anakku besar, cucu ayah dan ibu. Tunggu saja ibu, waktu itu akan benar-benar tiba. Sabar menunggu ibu, anandamu sekarang sedang berusaha mencapai kesuksesan itu. Tenang saja ibu.. ayah, kalian akan tersenyum bangga, dan berkata kepada semua orang-orang  dengan bangga “Dia Anankku”.. Sabar saja Ibu.. Ayah.. Sabar. Doakan Anandamu ini..

Ayah..
Semakin hari, ayah kelihatan sangat kurus. Apa karena mencari uang untuk menafkahi aku dan saudara-saudaraku?? Ayah..  tubuhmu semakin menipis. Sekarang pun, rambutmu berubah menjadi putih. Ayah.. berhentilah, istirahatlah di rumah, menemani ibu. Biar anandamu ini yang menggantikanmu. Tapi katamu “Aku masih kecil”.. Ayah, usiaku sudah layak dikatakan dewasa. Biar aku belajar menapaki hidup yang katamu penuh arus dan ombak.

Sudah Ayah, aku katakan “Aku bisa melewatinya”, doakan saja anandamu ini. Istirahatlah dirumah, menamani ibu.

Ayah, engkau sering menasihatiku untuk menjadi orang yang kuat. Aku tumbuh dengan nasihatmu, sudah terpatok disini.
Aku pernah mendengarmu batuk, ketika aku bertanya ‘Kenapa dengan ayah, apa ayah sedang sakit?’, dan ayah hanya menjawab “Tidak kenapa2 nak”.
Ayah.. aku tau, engkau menyembunyikan sakitmu dari penglihatan dan pendengaranku. Engkau tidak mau kan, jika melihatku sedih. Ayah, ceritakan saja apa yang engkau rasakan.

Ayah.. selalu memberiku semangat ketika imanku mulai goyah karena masalah hidup yang menghampiri. Engkau menasihatiku dengan lembut dan bijak.. dari kecil, ayah mendidikku menjadi manusia yang sebenar-benarnya, manusia yang dirindukan oleh orang-orang.  Aku ingin seperti ayah.. mengikuti cara berjalan ayah, mencontohi semangat hidup ayah, kerja keras ayah dan semua yang ada pada diri ayah..

Ayah.. Ibu..
Kalian sepasang bidadari yang dikirimkan Allah untukku, menuntun jalanku, menegurku ketika langkah kakiku mulai tak sesuai ajaran-Nya. Dengan bijak, kalian menasihatiku tanpa membuat hatiku luka. Ayah.. ibu.. tolong katakan apa saja, yang kalian inginkan dariku?? Apa saja..

Ayah.. Ibu.. Aku rindu kalian, rindu dengan kemanjaan yang selalu kubuat-buat di depan kalian. Tapi sekarang aku sudah besar, adik-adikku pun sudah mulai beranjak dewasa. Aku ingin menangis cengeng di depan kalian.. tapi aku sadar usiaku sudah mulai bertambah, tak sama lagi waktu aku masih sering digendong oleh kalian.


Salam Rindu dari Anandamu untuk Sepasang Bidadari.. Ayah ~ Ibu
kalian semangat hidupku..

Jomblo ~Nikah = Trending Topik

10.39 Posted by Harna Nawir No comments
Always.. Always and Always
Berbicara tentang pernikahan, takkan pernah ada  habisnya. Selalu saja ceritanya jadi panjang, entah pembicaraannya mulai dari hal-hal yang sepele pasti ujung-ujungnya tentang nikah lagi. Benar nggak?? Bahkan, sekarang mulai bermunculan pakar-pakar cinta di dunia maya. Membahas tentang jomblo, bagaimana menjadi jomblo mulia hingga sampai ke jenjang pernikahan. Pasti semua sudah pernah baca kan??

Proud sih buat mereka yang ingin menjadi inpirator buat para pemuda dan pemudi yang sekarang lagi dimadu asmara. Membuat perubahan dan mengispirasi banyak orang, meski lewat dunia maya. Entah twitter, facebook ataupun blog dan bahan bacaan lainnya.

Pertanyaannya, kok semua pada semangat yah klw bahas tentang jodoh/nikah??
Nikah itu ibarat sebuah kado istimewa dari Allah SWT yang ditunggu-tunggu oleh para jombloers.. Ayo ngaku?? Hehehe..

Jodoh itu misterius.. ada sebuah kisah nyata dari teman saya.
Sebut saja Rini, dia pernah pacaran selama 9 tahun. Bukan waku yang singkat kan? Nah, orang tua mereka sudah saling kenal bahkan tidak hanya sesekali mereka merencanakan untuk menikah. Tapi karena mereka masih kuliah, jadi pernikahannya ditunda dulu dengan alasan si cowok belum mapan. Alasan klasik.. hari berganti hari dan tahun berganti tahun, hubungan mereka semakin deket. Tapi takdir berkata lain, belum selesai kuliah si cewek udah dilamar. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya si cewek menerima lamaran dari orang itu. Hubungan yang dibina selama 9 tahun, selasai begitu saja. Musnah.. hancur..

Kisahnya pun sudah tutup buku. Akhirnya cewek itu menikah dengan cowok yang datang melamar itu..
Rini pernah cerita, suaminya itu adalah salah satu temannya yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri dan dia tidak pernah menyangka bakal berjodoh dengan orang itu. Jodoh datanganya tidak disangka-sangaka, hanya Allah yang tau. Siapa tau jodoh anda teman TK, teman SD, tetangga, teman SMP, SMA atau teman kuliah anda?? Hanya Allah yang tau.. atau keluarga anda sendiri?? :D
Mereka pun bahagia hidup bahagia, meski tidak pernah pacaran sebelumnya. Pernah suatu hari, saya bertanya dengan Rini. “Rin, enak yah udah nikah??” Dia menjawab dengan seulas senyum malu “Nikmat, cepetan nyusul yah”, kemudian dia memegang pundakku dan berkata “jika saya tau sebelumnya, bahwa nikah senikmat ini, saya tidak akan pernah pacaran. Saya nyesel udah pernah pacaran”.. dan saya menjawab “Makanya saya tidak ingin pacaran”..

Nah, bagaimana pemirsa? Sebenarx apa untungnya sih pacaran? Mending jadi jomblo mulia.. terhormat sepanjang masa.. tapi jangan jomblo seumur hidup yah, RUGI. Hhehe
Pacaran bertahun-tahun, katanya sebagai ajang perkenalan. Bahkan ada yang tidak mau pacaran, tapi ta’aruf. Ta’rufnya bertahun-tahun. Aduh, mas bro dan mba bro, perbanyak baca buku tentang ta’aruf yah. Kasihan, pahamnya dangkal.

Pernikahan selalu menjadi makanan empuk dikalangan pemuda dan pemudi yang sedang mencari pendamping hidup. Wajar-wajar saja, selama masih dalam taraf kenormalan saja.

“Nikah itu berkah” kata orang-orang yang udah nikah..
Memang  benar yah?? Hhehe..

STOP Pacaran, jadi jomblo saja. Nggak perlu malu jadi jomblo, justru bangga donk jadi jomblo. Mempertahankan kehormatan dan menjauhi kemaksiatan.. Yang masih pacaran, pada mikir nih.
Udah.. ga usah mikir panjang. Putusin aja, detik ini. Saya bantu deh, tapi lewat doa saja yah. :D
Supaya kuantitas jomblo semakin bertambah.. cari teman ceritanya. Hhehe

Pernah perhatikan tidak di dunia maya, misalnya saja ditwitter kalau ada tweet tentang jodoh. Pasti yang RT, buanyyak banget. Apalagi di FB, yang koment membludak dibanding status selain jodoh. Memang trending topik yah..

Mending begitu , melampiaskan isi hati lewat status dan tweet2. Daripada pelampiasannya yang aneh-aneh, pacaran misalnya. Statusnya juga bisa menginsipirasi untuk para jomblo2 yang lain. Bagaimana membingkai cinta itu dengan halal, kalau belum bisa nikah. Mending diem aja, cinta dalam diam. Pendam di hati.. atau curhat sama Allah. InsyaAllah akan bernilai ibadah.. 


Jumat, 19 Juli 2013

Sebuah kata "CINTA"

23.53 Posted by Harna Nawir No comments
“ Jangan kau kira cinta datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah putra dari kecocokan jiwa. Dan jikalau itu tiada, cinta takkan pernah tercipta dalam
hitungan tahun bahkan millenia”
-Kahlil Gibran-

Begitulah cinta, takkan datang dari pendekatan yang tekun. Kalimat itu diuntaikan oleh kahlil Gibran, seorang pujangga yang terkenal mahsyur dengan kalimat cintanya. Jika ditelaah dengan hati dan pikiran memang benar, berbicara tentang cinta berbicara mengenai kecocokan dua jiwa, yang saling terpaut karena ada chemistry diantara keduanya.

Cinta, sebuah kata yang sederhana. Tapi sarat akan makna, penuh khidmat. Jiwa yang merasakannya akan merasa nyaman. Cinta datang dengan menawarkan ketentraman dan kesejukan bagi si empunya, memadamkan amarah dan menyurutkan kecewa.  Ia seperti langkah awal untuk membangun sebuah istana di singgasana hati.

Sepasang suami istri hubungannya akan langgeng jika cinta itu selalu bersemayam di hati mereka. Pertanyaannya, bagaimana jika cinta itu ada dan belum ada ikatan yang sah? Maka aku jawab, cinta adalah anugrah. Siapa saja bisa merasakannya, tapi jika belum halal, cukup dalam diam saja.

Berdoa “Ya Allah, jika dia terbaik bagi agamaku, duniaku dan akhiratku. Tolong pertemukan kami dalam bingkai yang halal. Tapi jika dia orang yang bakal meruntuhkan agamaku dan menyengsarakan akhiratku, tolong jauhkan hamba dengan cara-Mu”


Setiap insan, menginginkan jodonya adalah orang yang dicintainya, tapi bagaimana kalau bukan orang yang kita cintai jodoh kita? Bagaimana jika jodoh kita, orang baru dalam kehidupan kita? Ingat, cinta tidak datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun, Cinta adalah putra dari kecocokan jiwa. Allah telah mencocokan jiwamu dengan jodohmu itu, percayalah. Allah Tau yang terbaik untuk hamba-Nya.. 

Bahkan Bidadari cemburu Padamu

23.23 Posted by Harna Nawir No comments
Bahkan bidadari cemburu padamu. Kok bisa? Bagaimana caranya? Apa mungkin? Pertanyaan seperti itu sering kali menggerogoti pikiran, bertanya dengan penuh keraguan. Tidak masalah, itu sah-sah saja. Sebagai muslimah yang penuh dengan rasa keingintahuan, tapi ada baiknya keingintahuan itu disertai dengan usaha untuk menjadi tahu. Sekarang, kuantitas wanita jauh lebih banyak dibanding pria, tapi apakah semua kaum wanita itu tahu bahwa dirinya sangatlah istimewa bukan kaum yang termarginalkan.

Oke.. kembali ke topik pembahasan. Bahkan bidadari cemburu padamu...

Dari ummu Salamah radhiyallahu’anha, ia berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, kaum wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Rasulullah menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak
Saya bertanya “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau Menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya,” (HR. Ath-Thabrani)

Saudariku, kita punya peluang yang terbuka lebar untuk membuat para bidadari surga cemburu dengan kita. Cemburu dengan amalan kita, cemburu dengan iman dan takwa kita yang tak pernah surut. Lalu, apa yang membuatmu masih ragu? Bukankah, sudah nyata bahwa kaum kita lebih mulia..
Lalu, kenapa masih diam saja. Tak melakukan apapun, apa kalian ingin seperti itu selamanya. Jauh dari-Nya dan  tak pernah melantunkan dizikir untuk-Nya.. Apa kalian ingin seperti itu? Renungilah saudariku.. pikirkan baik-baik.

Gunakan hijab syar’i, anggunkan akhlakmu, perbanyak amalanmu, dan tinggikan iman dan takwamu. Agar bidadari surga itu cemburu.. sebenarnya Apa yang menghalangi gerakmu?
Apakah kamu takut dikucilkan karena hijabmu, takut tak dianggap gaul, takut sulit mendapatkan jodoh, takut dikatakan ketinggalan zaman. Takut ini dan takut itu..

Jangan karena ketakutan semu itu, membuat kita jauh dari kategori muslimah sholehah. Ketahuilah, bahwa ketakutan-ketakutan seperi itu hanya akan melemahkan iman, menjauhkan diri dari hidayah-Nya.


Go action.. nggak perlu berpikir aneh-aneh, raih gelar sebagai muslimah sholehah. Cara kita membuat bidadari cemburu adalah dengan mengabdikan sisa hidup kita sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Allah dan Rasulullah SAW.