Family oriented and education oriented

Rabu, 26 Oktober 2016

Apa passion anda?

07.35 Posted by Harna Nawir No comments
Tak jarang ada orang yang tidak tau passion nya kemana. Menentukan passion memang bukan hal yang mudah, harus dipelajari dan try to do. Ada yang bekerja bertahun-tahun, namun tidak menikmati pekerjaannya, pekerjaan dijadikan sekedar untuk mengahasilkan materi saja. Tentu hal seperti ini tidak salah, itu pilihan. Mau memilih pekerjaan yang menjadi passion kita atau memilih pekrjaan karena tak ada pilihan lain kemudian menikmatinya. Awalnya, saya juga mencoba berbagai hal yang menurut saya KEMUNGKINAN itu passion saya. Mulai dari gabung MLM (keluar karena sistemnya tidak sesuai dengan muamalah dalam islam), jualan herbal, jual pakaian, dan kerja kantoran. Saya menyadari satu hal bahwa passion saya bukan disitu, setelah kembali merenung dan mencoba hal lain, maka saya berani menyimpulkan bahwa passion saya 'Menjadi pendidik'. Entah itu secara langsung (ngajar) ataupun tidak langsung (menulis). Apapun yang kita lakukan disertai dengan passion maka akan melahirkan kepuasan jiwa. Kepuasaan jiwa dan ketentraman hati tentunya merupakan kunci kebahagian. Satu hal yang menarik dari perkataan  seorang teman, nikmati keberadaan kamu saat ini. nikmatilah... yang kita anggap baik belum tentu baik dimata Allah begitupun sebaliknya.. Intinya selama tidak melanggar hukum dan agama, cintailah segala yang kita lakukan.. nanti akan terfilter oleh waktu dimana kesukaan kita.. nikmatilah. So, lets find your passion and enjoy it.

Saya pernah membaca sebuah tulisan yang ditulis oleh Arry Rahmawan, beliau menuliskan sebab sulitnya menemukan passion, berikut saya rangkum.

1. Terlalu banyak berpikir sehingga susah merasakan
     Dalam pengalaman saya menemukan passion, saya semakin percaya bahwa passion itu lebih mudah ditemukan dengan merasakan, bukan memikirkan. sebagian orang menghabiskan waktu untuk berpikir, “passion saya di mana ya?”…………… “passion saya di mana ya?”…………. dan…. “passion saya di mana ya?” Terlalu banyak berpikir membuat kita lupa bahwa passion itu sudah ada di dalam diri kita.

2. Malu mengakui passion
     Banyak orang malu mengakui passion mereka, padahal sudah ketemu. Mereka hanya tidak berani jujur kepada diri sendiri. Ingat, passion is not talking about making money but how to make your life happy and be productive. So, just need admit your passion, don't care about people say. 
Jika Anda tidak berani mengakui keunikan diri Anda sendiri, maka bersiaplah untuk hidup di kehidupan orang lain (Arry Rahmawan)

3.Takut salah
      Try to do.. jangan takut salah, singkirkan pikiran-pikiran negatf yang menghambat untuk menemukan passion anda. Hampir semua orang sukses di dunia ini, bekerja sesuai dengan passion mereka. Tentunya, mereka tidak takut salah, mereka mencoba, mencoba dan mencoba. Bisa jadi, passion Anda akan membuat Anda tidak nyaman pada awalnya, namun manis pada akhirnya. Jika kita selalu takut, takut, dan takut, maka kita tidak akan pernah mencoba dan akhirnya tidak akan pernah tahu.
 
4. Malas bergerak
    Dalam tulisannya, Arry Rahmawan berkata "Passionate people are they who dare to face challenges". Berhubung passion adalah soal rasa, maka akan sangat sulit menemukan passion jika kita malas untuk bergerak. Saya belajar satu hal yang penting, untuk menemukan passion kita maka diperlukan perbuatan konkrit dan nyata untuk bisa merasakannya. Jika menurut Anda, Anda terlahir sebagai penulis, maka menulislah sekarang juga. Jika menurut Anda, Anda terlahir sebagai atlit, maka segeralah berlatih. Banyak orang yang merasa belum menemukan passion yang pas hanya karena mereka terus berpikir, namun tidak kunjung bergerak.

5. Tidak memiliki target dan tujuan yang jelas
        Tentukan target anda, mau kemana dan bagaimana mewujudkannya. Bukankah, kita hidup di dunia ini harus memiliki tujuan hidup, setidaknya berpikirlah mau kemana nanti setelah meninggal. Dari situ, kita bisa breakdown tujuan hidup kita, bagaimana cara agar dipenghujung hidup kita bisa menuai hasil yang membawa kebahagian.  Tentunya, setiap orang ingin bermanfaat bagi banyak orang, memang terdengar klasik tapi rasa-rasanya asas kebermanfaatan merupakan impian nyata bagi kebanyakan orang. 
Jika, tujuan hidup anda sudah jelas maka lakukan SEGERA jangan menunggu NANTI. 

So, Apa passion anda?
google.com

Minggu, 04 September 2016

Maharnya adalah Islam

09.03 Posted by Harna Nawir 1 comment
Ini adalah kisah Ummu Sulaim binti Milhan yang telah memeluk islam. Orang yang pertama kali marah dan menentangnya adalah suaminya sendiri, Malik. lelaki ini sangat murkasaat ia pulang dari perjalanannya dan mengetahui perihal keislaman Ummu Sulaim. Dengan penuh emosi Malik bertanya, "Apakah engkau telah berpindah agama?"

Ummu Sulaim menjawab dengan keyakinan penuh, "Aku tidak berpindah agama, melainkan telah beriman dan menjadi mukmin."
Ummu Sulaim juga menuntuk putranya, Anas (Anas ibn Malik), untuk mengucapkan la ilaha illallah.

Anas pun mengucapkannya. Sang ayah semakin marah. Ia menghardik Ummu Sulaim "jangan rusak anakku"
"Aku tidak merusaknya." bantah Ummu Sulaim

Mendengar istrinya terus mengulang-ngulang kalimat tersebut setegar karang, Malik keluar dari rumahnya dalam keadaan marah besar. Syang, ia bertemu dengan musuhnya, dan akhirnya tewas di tangan musuhnya itu.
Ketika Ummu Sulaim mendengar kabar kematian suaminya, ia tetap bersabar dan berkata. "Tak mengapa. Aku tidak akan menyapih paksa Anas sebelum ia sendiri yang mau dan aku tidak akan menikah sebelum Anas yang menyuruhku".

Ummu Anas menghadap Rasulullah dengan malu-malu. Ia ingin menyerahkan Anas untuk menjadi pelayan Raulullah SAW. beliau pun menyambutnya dan menerimanya dengan baik. 

Khalayak pun ramai membicarakan kisah Anas ibn Malik dan ibunya dengan nada takjub dna kagum. Hal ini didengar pula oleh Abu Thalhah. Timbullah niatnya untuk meminang Ummu Sulaim dan menawarinya mahar tinggi. Akan tetapi, sekali lagi satu kejutan membuatnya tercengang. Lidahnya terasa kelu tatkala Ummu Sulaim menolaknya mentah-mentah dan penuh harga diri. Ummu Sulaim berkata. "Aku tidak layak menikah dengan seorang musyrik. Tidakkah engkau sadar. Abu Thalhah, bahwa Tuhan kalian dibuat dan dipahat oelh keluarga si Fulan? Andai tuhan itu kalian bakar, pasti ia terbakar.

Abu Thalhah merasa trsinggung dengan sikap Ummu Sulaim. Ia berbalik peri, masih dengan rasa tak percaya akan apa yang diihat dan didengarnya. Akan tetapi, keesokan harinya ia kembali dan menwarkan mahar yang lebih tinggi serta kehidupan yang lebih sejahtera, dengan harapan hati Ummu Sulaim luluh dan mau menerimanya. Namun, Ummu Suaim yang mulia, yang melihat dunia menari-nari di matanya, merasa bahwa benteng Islam di hatinya lebih kuat daripada kenikmatan dunia itu. Dengan santun ia berkata "Demi Allah, orang sepertimu sungguh tak layak ditolak, Abu Thalhah. Akan tetapi, engkau adalah orang kafir, sementara aku adalah wanita muslimah. Tak dihalalkan bagiku untuk menikah denganmu. Jika engkau bersedia masuk islam, itu akan menjadi mahar bagiku, dan aku tidka mengharapkan apa-apa darimu selain itu.

Kalimat ini menggetarkan jiwa Abu Thalhah dan menyentuh relung kalbunya. Ummu Sulaim benar-benar telah berhasil menggugah hatinya. Ia bukan tipe perempuan yang bisa dipermainkan dengan kenikmatan duniawi. Ia adalah wanita berakal yang menghargai eksistensi dan jati dirinya. Bisakah Abu Thalhah menemukan wainita yang lebih baik dari itu untuk menjadi istrinya dan ibu bagi anak-anaknya?
Abu Thalhah tak merasakan apa-apa kecuali lidahnya yang terus menerus mengucap "Aku telah menjadi sepertimu. KAu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah untusan Allah".

Ummu Sulaim lalu memandangi anaknya, Anas. Dengan penuh kebahagiaan, setelah Allah memberi hidayah kepada Abu Thalhah melalui tangannya, ia berkata "Bangkitlah Anas. kawinkan aku dengan Abu Thalhah". Anas pun mengawinkan Abu Thalhah dengan ibunya, dan maharnya adalah keislamannya.

Itu sebabnya Tsabit, perawi hadits tersebut, berkata. "Aku tak pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya daripada Ummu Sulaim, sebab maharnya adalah islam."
Ummu Sulaim adalah sosok teladan istri sholehah yang mampu menunaikan hak-hak suami dengan baik. Ia juga contoh ibu yang ideal, pendidik yang mulia, sekaligus dai yang tangguh.

Demikianlah, Abu Thalhah akhirnya memeluk Islam di tangan istrinya yang mulia, Ummu Sulaim. Selanjutnya, ia turu memancar dari sumur nubuwat sehingga menjadi setara dngan Ummu Sulaim dalam hal kemuliaan.

Kisah ini diambil dari buku "Bekal Pernikahan" oleh Syaikh Mahmud Al-Mashri

Senin, 29 Agustus 2016

Ajari aku untuk ikhlas, Tuhan.

08.39 Posted by Harna Nawir 2 comments
Sesekali jiwaku menjerit, merintih karena luka yang tak tertahan. Menikam-nikam tepat di ulu hatiku. Aku tak mengerti, bagaimana cara mengikhlaskan duka dan menahan pedih. Kata orang-orang, aku harus bersabar mengahadapi cobaan ini. Tapi, apa aku sanggup menutup mata dan melupakan orang-orang terkasih yang meninggalkanku diwaktu yang bersamaan. Rasa-rasanya, aku tak bisa bersabar. Apakah memang keadilan tak pernah ditujukan kepadaku? Tuhan merenggut mereka. Sekaligus!! dan aku hidup sendiri di rumah ini.

Kecelakaan itu menjadi peristiwa terpedih yang pernah kualami, suami dan anakku menghembuskan nafas terakhirnya tepat di depan mataku di dalam mobil Avanza putih yang tak berbentuk lagi karena tabrakan dengan truk. Tuhan, tak mengapa jika memang waktu itu Engkau langsung mengambil nyawaku saja.

Jujur, aku tak sanggup menahan perih karena kehilangan mereka.  
Jujur, aku tak mampu mengikhlaskan kepergian mereka

Tepat, satu malam sebelum kecelakaan itu aku bermimpi. Dalam mimpi itu, aku melihat mas dan Aisyah pergi ke taman yang entah dimana, taman itu terlihat sangat indah dan sejuk rasanya. Aku ingin menyusul mereka, tiba-tiba mereka menghilang.
Tuhan, mungkin ini menjadi tanda perpisahan kami. Engkau memberi tanda tapi aku tak memahaminya. 

Pagi sebelum kami mengalami peristiwa itu, suamiku sempat berkata "Ma, aku sudah bayar tagihan listrik, aku sudah perbaiki mesin cuci yang kemarin bermasalah. Oh iya ma, kalau kamu sendiri di rumah jangan lupa tutup jendela depan, kebiasaan mama ga pernah tutup rapat. Sholat isya nya juga jangan telat kayak tadi malam, udah mau pukul 23.00 baru shalat isya" ucapnya dengan nada becanda

"Siap mas, kan ada mas yang bisa tutup jendela dan ingetin aku buat sholat tepat waktu" ucapku waktu itu

Aku tak tau, kalimat itu adalah kalimat terakhir darinya. Kalimat penutup selama 8 tahun kebersamaan kami. Sosok yang menjadi teladan di keluarga kecil kami. Seorang yang tegas dan bijaksana.
Aku merindukanmu mas, sungguh. 

Anakku yang lucu itu, Aisyah. Tak ada lagi yang kubuatkan sarapan setiap pagi, antar ke sekolah dan menemaniku sholat disampingku meski sesekali dia mengganggu gerakan-gerakan sholatku.
Ada rindu yang tak tertahan, tapi tak mungkin kuobati dengan pertemuan. 
Lagi-lagi air mataku menetes sembari menatap foto kami bertiga, menatap mereka dengan penuh rasa kehilangan. Rasa-rasanya, air mata belum mampu menunjukkan kesedihan yang kurasakan, ada tangisan yang tak terlihat, namun sangat terasa merejam dadaku hingga sesak. Aku belum bisa menjadikan mereka kenangan, belum sanggup melihat ketidakhadiran mereka di rumah ini.
Sebulan, dua bulan, satu tahun bahkan selama sisa hidupku aku akan selalu merindukannya.

Mas, aku masih butuh nasihatmu yang dulu tak jarang kuabaikan, aku butuh bantuanmu saat aku tak bisa menangani masalah rumah tangga, aku masih perlu dingatkan untuk sholat tepat waktu olehmu, aku masih butuh imam untuk mengimaniku saat sholat tahajjud. Aku masih butuh kamu, mas.

Nak, aku masih ingin mendengar kamu memanggilku 'mama' saat kau tak bisa memasang tali sepatumu. Aku ingin mendengar teriakanmu saat ada seeokor semut yang menempel di badanmu. Aku ingin mendengar celoteh lucumu, yang membuatku sekejap lupa dengan masalah rumah tangga, masih banyak buku cerita di kamarmu yang belum sempat aku bacakan. Nak, aku masih ingin mengajarimu banyak hal.
Banyak cerita yang belum usai diantara kita, rasa-rasanya terlalu cepat perpisahan ini. 
Tuhan, tunjukkan aku bagaimana cara mengikhlaskan kepergian mereka. 

Cobaan ini terlampau berat dipundakku, aku belum bisa ikhlas seperti keikhlasan nabi Ayyub as. saat beliau harus kehilangan anak-anaknya, harta bendanya, dan penyakit yang menimpannya. Tidak sanggup setabah Rasulullah SAW saat harus kehilangan putra putrinya, belum bisa mendekati ketabahan dan keikhlasan beliau.
Aku manusia biasa yang saat ini hanya bisa meratapi kepergian mereka. Imanku terbilang masih rendah untuk menerima cobaan seberat ini. 
Tuhan, satu hal yang kuyakini saat ini bahwa setelah perpisahan akan datang sebuah pertemuan, mungkin saja Engkau sudi mempertemukan kami kembali di akhirat kelak di dalam surga-Mu.


Minggu, 28 Agustus 2016

Aku benar-benar sudah melupakanmu

11.12 Posted by Harna Nawir 2 comments
Malam itu benar-benar menjadi pertemuan terakhir dengannya, sebuah perpisahan. Tak ada ucapan manis seperti awal pertemuan. Memang benar, perpisahan selalu menjadi ajang menaruh luka. Perpisahan menjadi akhir dari sebuah rentetan cerita yang berawal dari sepatah kata romantis. Aku benar-benar mengutuk waktu, menyalahkan waktu yang kuhabiskan dengannya, menyesali pertemuan selama dengannya.

"Aku tidak pantas denganmu lagi, kita akhiri saja" katamu

Kau menutup malamku dengan satu kalimat itu dan aku benar-benar tidak bisa memahami maksud dari kalimat itu, seberapapun aku mencoba. Aku tidak bisa mengatakan apapun, hubungan yang baik-baik saja tiba-tiba harus diakhiri dengan kalimat konyol itu. Dan kamu pasti tau, aku bukan orang yang suka memaksa ataupun mempertahankan sebuah hubungan yang pihak lain sudah tak bisa melanjutkan lagi. Kamu pasti sangat tau dan olehnya kamu memilih dengan cara itu untuk mengakhiri hubungan kita.

Memang benar, hanya tuturmu yang bisa menekan egoku
Memang benar, hanya sikapmu yang membuatku merasa nyaman
Memang benar, aku mencintaimu
Waktu itu,
Tapi itu dulu
Sekitar 4 tahun yang lalu

Kali ini, kamu tiba-tiba datang ingin mengembalikan kembali ingatan-ingatanku saat bersamamu. Memaksaku untuk mengumpulkan kembali puing-puing rasa yang sudah berserakan. Apa kamu tau, sangat tak mudah melupakan rasa itu dan juga terlalu sulit untuk membuatnya utuh kembali. Sesekali hatiku payah, goyah untuk memulai kembali denganmu. 

"Kamu mau menikah denganku?" tanyamu sekali lagi

Seolah tak pernah ada perpisahan sebelumnya, seolah kau abaikan kejadian malam dipertengahan tahun 2012 lalu. Aku berusaha tak mencoba bertanya maksud dari kalimatmu waktu itu, karena aku takut jika saja (mungkin) alasanmu membuat hatiku semakin goyah. Jadi, aku memilih diam.

"Nis, waktu itu aku benar-benar tak pantas bersamamu. Aku merasa sangat jauh, sangat jauh darimu meski sebenarnya dekat. Waktu itu, usahaku bangkrut dan aku harus menjalani hidup yang serba kekurangan Nis. Apa tega aku melibatkan gadis yang aku cintai bersama dalam penderitaanku. Waktu itu, aku harus menjalani hukuman penjara 1 tahun karena tidak bisa membayar hutang-hutang yang melampaui kemampuanku. Aku tak mungkin tega, melihatmu menunggu di ruang pengunjung para tahanan. Aku tak mungkin tega melihatmu.... " 

Tetiba kalimatmu terhenti dan matamu berkaca-kaca. Sebenarnya, kamu tak perlu menjelaskan alasanmu itu. Kamu tak usah memanggilku kembali dalam kehidupanmu. Kehidupanku sudah sangat baik saat ini dan itu butuh perjuangan untuk sampai dititik ini. 

Dulu, aku sangat menyesali pertemuan dan perpisahan kita, tapi sekarang aku tak masalah lagi dengan itu. Kamu tahu, aku banyak berubah, bukan Nisa yang dulu lagi, kali ini aku hijrah ke jalanNya. Dan satu hal yang harus kamu tau, masa kita dulu bagiku itu adalah sebuah masa kebodohan. Penuh dosa dan luka. Mungkin saja, Allah sengaja membuat perpisahan itu sebagai awal pengenalanku denganNya. 

Sudahlah, bukankah memang lebih baik masa lalu tak perlu menjadi masa depan? Biarkan saja cerita dulu terlahap oleh waktu, usai oleh waktu. 
Aku benar-benar sudah melupakanmu 
dan maaf aku sudah (terlanjur) membuka hati untuk lelaki lain. 

Jumat, 26 Agustus 2016

Prasangka

09.32 Posted by Harna Nawir No comments

Bismillahirrahmani rahim

Semoga Allah selalu menjaga tingkah dan lisan kita.

Kali ini saya ingin membagikan note yang menurutku banyak pelajaran yang bisa dipetik, tentang prasangka. Ini bukan tulisan saya, hanya copy paste dari tulisan yang beredar di whatsapp. Semoga penulisnya, yang entah namanya siapa, ditambahkan ilmunya oleh Allah. Aamiin


----------


. "Bro, aku lagi butuh 500 ribu, penting banget, darurat. Please, tolong pinjami aku dulu".
.
Sahabatnya membalas: "Tunggu barang setengah jam ya bro, insya Allah nanti aku transfer". Sudah lewat dari 1/2 jam . . satu jam . . tapi sahabatnya tidak juga memberi kabar. Ketika ditelpon pun ternyata HP nya tidak aktif.

Ia pun mengirim SMS : "Selama ini aku tidak pernah mengecewakanmu bro. Tapi kenapa sekarang engkau lari dariku?! Apa salahku?!" Setelah dibaca, sahabatnya menelpon kembali dan berkata: "Astaghfirullah, semoga Allah mengampunimu, Aku tidak bermaksud mematikan HP untuk lari darimu. Aku mematikan HP karena aku sedang menjual HPku untuk membantu kebutuhanmu. Lalu, dari sisa penjualan, aku belikan HP second yang murah agar bisa menghubungimu". .
Sahabat ...
Manusia hari ini suka berprasangka karena lingkungan yang suka mempengaruhi...

 Ada sangkaan baik...dan ada sangkaan buruk...

Orang rajin beribadah disangka riya;
Orang yang bersantai disangka malas;
Orang yang pakai baju baru disangka pamer;
Orang yang pakai baju buruk disangka tidak hormat;
Orang makan banyak disangka rakus;
Orang makan sedikit disangka “diet” ketat;
Orang baik disangka buruk;
Orang buruk disangka baik;
Orang tersenyum disangka mengejek;
Orang masam disangka menyindir;
Orang mengkritik disangka mengumpat;
Orang diam disangka menyendiri;
Orang menawan disangka pakai susuk;
Orang sering ikut kajian/ta'lim dianggap kelompok aliran macam-macam..
Orang sering share dakwah/tausiyah disangka sok alim dan sok paling tau agama.. Siapa tahu..
Yang diam itu karena berzikir kepada Allah;

Siapa tahu...
Yang tersenyum itu karena bersedekah;

Siapa tahu...
Yang bermuka masam itu karena mengenangkan dosa-dosanya;

Siapa tahu...
Yang menawan itu karena bersih hati dan fikirannya;

Siapa tahu...
Yang ceria itu karena cerdas fikirannya & senantiasa mengingat Allah... 


Siapa tahu..
Yang sering ikut kajian/ta'lim itu karena merasa masih kurang ilmu... 


Siapa tahu..
Yg sering share dakwah dan tausiyah karena merasa ingin bersama2 dengan saudara2 dan teman2nya untuk selalu berada di jalan Allah... 


Sahabat... Mari...
Hilangkan fikiran negatif....
(Sumber: Anonim 2016)

dia [Rindu]

09.20 Posted by Harna Nawir No comments
Rindu ini semakin menampakkan kehadirannya, menanti dia akan tersampaikan ke tuannya. Mungkin saja dia  lelah menunggu waktu. waktu untuk dipertemukan!! Jika saja dia pandai menerobos imanku, mungkin dia sudah sampai ke tuannya tapi dia masih bertekuk lutut dan memohon dengan sangat agar segera tersampaikan. katanya, dia sudah sesak menunggu dalam ruangan yang bernama 'hati', Sesekali dia merontah agar dapat keluar dari lisanku, tapi untungnya aku lisankan dia dalam lantunan doa. Berharap dia benar-benar tersampaikan kepada tuannya tanpa harus ada pertemuan. Satu hal yang kutakutkan, jangan sampai dia [rindu] didampingi oleh nafsu.

Paragraf 6

09.02 Posted by Harna Nawir No comments
Aku [mungkin] takkan bertanya kapan dan bagaimana, juga takkan banyak bicara seperti kebanyakan perempuan lain, pun takkan menunjukkan seberapa besar perhatian. Karena aku takut, [mungkin] saat aku melakukannya, rasa ini semakin menjadi-jadi sementara aku tak ingin setan ikut serta dalam langkah [kita]. 

Minggu, 21 Agustus 2016

Aku belum siap

07.52 Posted by Harna Nawir No comments
"Apakah kali ini kau akan menolak lagi laki-laki yang mengajakmu taaruf, Han?" Tiba-tiba Ais menyeletup dengan pertanyaan itu.

"Yah kalau nggak cocok, aku tolak" jawabku dengan santai

"Han, ini udah laki-laki ke berapa? kamu mau nyari yang seperti apa sih? nggak ada yang perfect loh Han. Apa jawabanmu kali ini?"

"Aku sungguh-sungguh tidak mengerti kenapa orang dengan mudah menerima lamaran, padahal menurutku pernikahan itu harus penuh pertimbangan Ais, tidak semudah itu" jawabku dengan penuh semangat

"Han, sepertinya kamu belum mengerti mengapa perempuan butuh laki-laki, aku tau kamu orangnya mandiri dan bisa ngelakuin apa aja sendiri, tapi kita butuh seseorang yang mendukung" gerutu Ais

"Tapi aku belum siap terikat dengan pernikahan, masih banyak target yang harus aku capai sebelum menikah dan itu butuh waktu yang lama" 

"Berapa lama, 3 tahun, 5 tahun, sampe kamu berusia 30 tahun? Han Han kamu tuh yah ga pernah berubah, keras kepala" tutur Ais dengan muka jutek

Aku memang dikenal dengan julukan keras kepala dan super cuek, kalau ngga mau yah aku bilang ngga. Tidak suka basa basi, apalagi pembicaraan yang tidak terlalu penting. Sebagian besar teman-teman ku udah nikah, termasuk Ais. Pertemuan Ais dan suaminya terbilang unik, mereka sudah kenal lama tapi sebagai teman. Belum lama ini, suami Ais melamar Ais dan langsung diterima oleh keluarga Ais. Prosesnya lancar banget, kadang aku mikir, mereka ini kok mudah banget yah saling nerima.

"Yah aku juga ga mau nikah diusia 30 tahun lah Ais, tapi bukan saat ini juga" Kata-kata pembelaan

"Menurutku sih yah, hal yang menjadi penghalang kenapa hati kamu tuh nggak pernah nerima laki-laki karena ketidakmengertianmu tentang pernikahan, ketidaktahuanmu kenapa kau butuh suami" Desis Ais..

'Aku tau kalau menikah itu ibadah, tapi aku belum nemu yang cocok".. tandas ku

Kita nggak bisa nemuin yang cocok, karena kecocokan itu otomatis hadir saat kita sudah menjalani kehidupan rumah tangga. Kecocokan itu tidak dicari tapi diciptakan. Bagaimana kita saling mengerti, memahami kekurangan masing-masing dan saling menopang saat salah satunya lengah. Kalau kamu beralasan tentang ketidaksiapanmu, lalu kapan kamu merasa siap? sementara kamu tidak pernah mau membuka hatimu. Pernikahan itu indah Han.. Kamu hanya butuh keberanian untuk membuka hati dan  menerima lamaran laki-laki yang agamanya baik, cukup itu.

Kalimat Ais membuatku terdiam, sepertinya aku terlalu banyak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang nggak perlu dikhwatirkan, toh ada Allah sang Pengatur. Aku terlalu fokus pada pencapaian dunia, sementara pernikahan tak ada hubungannya dengan itu. Pernikahan tak akan meluluhlantahkan impian kita, mungkin hanya akan berubah arah. 

"Apakah aku harus membuka hati untuk dia, Ais?"

www.google.com

Sabtu, 20 Agustus 2016

Manfaat Menjaga Pandangan Mata

06.15 Posted by Harna Nawir No comments
www.google.com

Menjaga pandangan mata dapat menyelamatkan hati dari sakitnya penyesalan, sebab orang yang melepaskan pandangannya akan merasakan sesal yang dalam. Satu hal yang paling membahayakan hati adalah pandangan yang terlalu liar, sebab ia bisa mendatangkan hasrat yang berlebihan, sementara pelakunya tak punya kesabaran dan tak sanggup meraihnya. inilah bentuk rasa sakit dan pedih yang dialami pelakunya. 

Tatkala kulepaskan pandangan matamu, ia akan menjadi pemimpin
bagi hatimu, dan seluruh pemandangan akan membuatmu lelah
dapat kau lihat semua hal yang tak mampu kau wujudkan
semua atau kau tak bisa bersabar meski untuk sebagian dirinya

Apa yang dilakukan pandangan terhadap hati sama dengan apa yang dilakukan panah terhadap sasarannya. Jika pun tidka membunuh, ia dapat melukai. ia juga bak percikan api yang menyambar tumpukan jerami kering. Kendati tak semua terbakar, sebagiannya pasti hangus.

Semua kejadian berpangkal dari pandangan
api itu kebanyakan bersumber dari percikan kecil
berapa banyak pandangan yang merusak hati pemilikya
seperti anak panah yang dapat membinasakan walau tanpa busur dan tali
selama seseorang memiliki mata yang bisa ia bolak-balik
dalam melihat hal indah yang mengandung bahaya
bola matanya akan cerita tetapi jiwanya terancam bahaya
tak ada kata 'selamat datang' untuk kebahagiaan yang datang dengan membawa petaka.

Manfaat menjaga pandangan mata, yaitu:
  1. Menjaga pandangan juga dapat menjamin kebenaran firasat, sebab firasat adalah cahaya dan buahnya. Jika hati terang bercahaya, firasat akan selalu benar. Hati laksana cermin yang menampakkan semua kebenaran data tentang sebuah objek, sedangkan pandangan adalah seperti hembusan nafas di muka cermin. Jika seseorang mengumbar pandangannya, ia bagaikan menghembuskan nafasnya di cermin hatinya sehingga cahaya hati itu buram dan memudar.
  2. Manfaat lainnya, menjaga pandangan dapat menjadi jalan dan pintu ilmu. Ia akan mempermudah seseorang untuk mendapatkan ilmu, sebab cahaya hatinya selalu terang menyala. Menjaga pandangan dapat mendatangkan kekuatan hati, keteguhan dan keberanian. 
  3. Dapat membuat hati menjadi tenang, bahagia dan laapang dada. 
  4. Menjaga pandangan juga dapat menyelamatkan hati dari belenggu syahwat. Orang yang tertawan sesungguhnya adalah orang yang terbelenggu oleh hawa nafsunya sendiri.
  5. Menjaga pandangan dapat menutup salah satu pintu neraka jahannam. sebab pandangan merupakan pintu syahwat yang mendorong seseorang untuk berzina
  6. Dapat menguatkan dan mengukuhkan akal. Pandangan liar hanya akan membuat akal tumpul dan lemah. ia tak mampu menyadari segala akibat, sebab fungsi akal sebenarnya adalah mengamati dan menimbang-nimbang segala akibat.
  7. Dapat membersihkan hati dari dampak syahwat yang memabukkan, sebab pandangan liar pasti akan membuat seseorang lupa kepada Allah dan hari akhir. 
  8. Sebagai bentuk dari ketaatan terhadap perintah Alah. Takkan ada yag bahagia kecuali yang dapat melaksanakan perintahNya. Tidaklan seseorang menderita kecuali karena telah melanggar perintahNya.
  9. Dapat melembutkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah dan sebaliknya.
  10. Dapat mendatangkan cahaya bagi hati. Jika hati tersinari, segala kebaikan akan berbondong-bondong mendatangi. Oleh karena itu, setelah firmanNya yang berbunyi, "katakanlah kepada lelaki yang berima, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya...' Allah menlajutkannya dengan, 'Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar." (QS.An-Nur:35).
  11. Menjaga pandangan dapat memfokuskan hati untuk terus tafakkur dan beribadah. sebaliknya, mengumbar pandangan dapat membuat hati lalai dan mengikuti hawa nafsu.
Sumber : (Bekal Pernikahan, Syaikh Mahmud Al-Mashri)

Sabtu, 23 Juli 2016

Ia hanya perlu bersabar

07.37 Posted by Harna Nawir No comments
Kapan dan siapa?
Pertanyaan itu merejam-rejam hati gadis yang berkulit kuning langsat itu, usianya yang kini menginjak 30 tahun menjadi momok bagi dirinya sendiri. Bagaimana tidak? setiap kali ia ditanya tentang pernikahan, seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya. Bukan karena ia tidak percaya dengan yang namanya takdir tapi ia hanya tidak bisa mengabaikan pertanyaan serupa diwaktu yang bersamaan. Sesekali ia menitikkan air mata, menyalahkan dirinya "mungkin saja ada yang salah dengan saya". ia seperti larut dalam kecemasan yang tak memiliki wajah. 
Sebut saja namanya Dina
Ia bukan perempuan yang mudah untuk membuka hati 
Baginya, pernikahan bukan hanya sekedar menyatukan dua orang tapi lebih dari itu. Menemukan kecocokan, saling cinta dalam waktu yang lama, menyatukan dua keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Baginya itu tak mudah. 
Beberapa kali ia dilamar namun selalu saja gagal, entah ia yang menolak atau ada saja sesuatu yang menghalanginya. Idealisme kadang tak dibutuhkan dalam memilih pasangan, kita hanya butuh membuka hati, meyakini dan selebihnya menyerahkan kepada kuasa Allah.
Ia hanya butuh keberanian, keberanian untuk berkata iya kepada yang datang menawarkan untuk hidup bersama. Ia hanya perlu mempertimbangkan kepada hati yang menjanjikan keluarga sakinah. Bukankah itu, keinginan semua perempuan?
Lalu, sekarang ia hanya bisa menyesali kenapa dulu ia tidak mengindahkan lamaran dari salah satu lelaki itu. Rasa-rasanya, penyesalan bukan hal utama yang ia harus lakukan tapi lebih kepada memantaskan diri kembali dan menanamkan dalam hati bahwa memang belum saatnya ia dipertemukan dengan jodohnya. 
Ia hanya perlu bersabar

www.google.com



Jumat, 22 Juli 2016

Hati ini angkuh

10.08 Posted by Harna Nawir No comments
Tuhan jika hati ini masih meninggikan diri
Maka hentikanlah dengan menaruh perangai
Jika hati ini masih mengagungkan dirinya
Maka tegur lah bahkan dengan hukuman sekalipun
Hati ini goyah
Sesekali memuji  dirinya sendirii
Meremehkan orang
Hati ini angkuh
Tuhan, bukankah ini penyakit hati yang bisa memadamkan iman?
Meluluhlantahkan takwa dan merengkuh dosa
Hati ini benar-benar payah
Tak bisa menahan godaan yang menghantam
Merusak jiwa
Menerobos tameng yang telah dulu dibangun
Tuhan, sudikah Kau menghilangkan benih-benih kesombongan dalam hati ini?

Minggu, 05 Juni 2016

Flutter

09.57 Posted by Harna Nawir No comments
Bagaimana menghentikan rasa yang terlanjur ada
Mengasuh tanpa sadar bahwa rasa ini [mungkin] hanya sepihak
Bertindak bodoh, sekilas mengabaikan logika
Menuruti nafsu yang awalnya berawal dari rasa suka
Rasa suka yang ingin kutumbuhkan sejak lama
Sekali tumbuh pada orang yang [mungkin] tak membalas
Lalu bagaimana cara mengabaikannya?

Flutter.. yang kurasakan saat bertemu
Flutter.. yang kurasakan saat berbicara dengannya
Flutter.. saat sekilas pandangannya melihat ke arahku
Lalu bagaimana mengembalikan rasa yang biasa seperti dulu?

Tak mudah mengabaikan rasa yang tumbuh
terlebih jika awal rasa itu dari kekaguman sifat dan sikap yang mengingatkan akan-Nya
Bijaksana dengan tutur kata yang lembut nan menentramkan hati
Seolah menuntunku untuk selalu bersandar kepada Allah

Tapi tahu tidak
Aku takut..
Takut suatu saat nanti rasa suka ini justru menjadi ladang dosa
Zina hati, zina pikiran.. Naudzubillah.
Semoga Allah SWT selalu menuntunku agar tak sampai demikian
Segera mematikan rasa yang [mungkin] tak terasa olehnya
dan jika [memang] kita memiliki rasa yang sama
Semoga Allah SWT berkenan menyatukannya dengan cara yang baik