25 April2014
Pengumuman enumerator SDT
Litbangkes Kemenkes RI, awalnya deg-degan tentunya. Tepat kubuka link
pengumumannya, pelan-pelan kupencet gulir bawah di keyboard laptopku,
pandanganku tak pernah lepas dari monitor laptopku, (satu.. dua.. tiga.. ) dan
akhirnya namaku pun terlihat “Harna” nama yang sangat singkat tapi bermakna.
Alhamdulillah.. ucapku dengan wajah berseri-seri.
Tak hanya sampai disitu saja, namaku terpampang sebagai
enumerator di kabupaten Sidrap. Kota yang seringkali kudengar dari teman-teman
yang asalnya dari sana dan pernah sekali kesana waktu pernikahan temanku dan
itu dulu. Pengetahuanku tentang kota ini sangat minim, lalu apa yang harus
kulakukan disana?? Tetiba pertanyaan itu, melanglangbuana di pikiranku. Heiiii
harna “bangunn”..
“Harna
“Sigit Angriawan
“Suryani Mansur
“Indasari
Mereka teman timku selama kegiatan SDT dilaksanakan di kab.
Sidrap. Tak ada yang kukenal dekat,
hanya kak sigit yang kukenal sebagai senior
di kampus, sebatas itu. Sepertinya, saya harus mengeluarkan jurus “Sok
kenal Sok Dekat” dengan mereka.
Untungnya, sekarang saya bukan orang yang susah bersahabat dengan orang
lain.
9 Mei 2014…
Tepat Hari ini pelatihan enumerator dimulai, saya harus sok
kenal dan sok dekat dengan banyak orang, rasa-rasanya itu bukan hal yang sulit.
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu pre-test tapi sebelum itu ada pembagian
kamar dari panitia. Dan ternyata, saya sekamar dengan salah satu rekan tim saya
yaitu kakak Suryani, yang disapa dengan kak ani. “Hy.. kakak ani, nama saya harna” dan saya
mengeluarkan muka termanis (lagi).
Selama 10 hari pelatihan di hotel, banyak pengalaman, teman, ilmu dan
pelajaran.
Inilah kami enum kelas C.. Kompak, kece dan seru bingits Dengan koster-koster yang gokil.
Koster kami tuh yang paling kanan, namanya pak Rudi. Orangnya gokil dan paling seru diajak ngobrol, hobinya paparazi enumerator. hehe
20 Mei – 20 Juni 2014
Kami berangkat menuju kabupaten Sidrap, dengan amanah yang
ditaruh dimasing-masing pundak kami. Kami siap melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya dan tentunya dengan ikhtiar maksimal dari kami.
Kak Ani, kak Indah dan Kak Sigit. Hmm… dan ternyata saya
paling bungsu dan paling imut. Hehehe, meski hanya beda 10 bulan dengan kak
indah sih. Tapi tak apalah, saya suka jadi adik bungsu, punya banyak kakak.
Pertama-tama saya akan memperkenalkan kakak-kakak terbaikku
selama disana..
Kak Ani..
“Kak ani mengajar di Unpar (univ. pare-pare),
beliau senior saya tapi tepat beliau lulus S1, saya baru menginjakkan kaki untuk
pertama kalinya di Unhas. Saya tak
pernah melihat beliau di kampus, saking seniornya (hehhe.. piss) untung saya
tdk panggil leluhur. Orangnya, terkadang tidak suka menunda-nunda pekerjaan, kalau
masalah uang saya serahkan ke beliau. Kalau lagi sibuk-sibuknya mengedit,
beliau harus tidur dulu meski hanya 10 menit, beliau akan terbangun dan
melanjutkan kerjaannya kembali. Hmm..
banyak pelajaran yang saya curi dari beliau meski terkadang terjadi perbedaan
pendapat dengan beliau. Perbedaan itu indah kakak.. hehehe.”
Kak Indah..
“Kak indah, alumni poltekes. Orangnya easy going banget,
ceria dan hobi tertawa. Melakukan segalanya dengan santai tapi kerja tetap jalan,
orangnya tak banyak pusing dan banyak hal yang ditulari ke saya termasuk cara menghadapi hidup. Orangnya mengalir
meski banyak bicara alias cerewet tapi bagi saya itu tak jadi masalah. Hmm..
jika masa-masa seriusnya datang untuk mengedit, maka dia tidak boleh diganggu,
jika diganggu maka kerjaannya pasti tertunda. Orang yang paling sering menemani saya ketawa, meski hal-hal kecil sekalipun. Semuanya akan menjadi lucu, jika
bersama kak indah.”
Kak sigit..
“Sebenarnya, kakak yang satu ini bukan orang yang baru
kukenal, beliau seniorku di kampus tapi hanya sebatas senior dan junior saja,
tak pernah banyak ngobrol dengan beliau. Sekilas, perawakannya serius, tidak
banyak becanda, bijak dan religious. Setelah berhari-hari dengan beliau, maka
saya menarik kesimpulan bahwa kakak yang satu ini orangnya tidak serius-serius
amat, suka becanda meski candaannya garing sih (hehhe). Orangnya, tidak suka
marah meski kami-kami sebagai anggotanya kerja santai ataupun lebih banyak
becanda dibanding bekerja. Heii kak..
Marah sedikit kenapee. Hhehe”
Satu-satunya cowok ditim kami yaitu kak sigit. Dari kanan ke kiri, kak sigit - kak ani - Harna - Kak Indah
Banyak hal yang menarik selama kami berada di kota yang dikenal sebagai penghasil padi dan telur. Orang-orangnya ramah-ramah meski ada satu dua orang yang menyambut kami dengan muka asemm. but, it's ok. Ada 4 daerah yang terpilih sebagai sampel SDT dan masing-masing daerah memiliki ciri khas.
Ada hal yang membuat kami sedih dan ada hal yang membuat kami tertawa, semuanya menjadi satu.
--------
Di daerah pertama, kami masih seperti tertatih untuk pengumpulan data. Maklum kami baru belajar..
Namanya "Hasrianti" sy tdk tw persis nama panggilannya siapa. Gaya rambut dan bajunya, seprti laki2 makanya pada saat pendataan dicentang saja jenis kelamin laki-laki. Saya juga yg salah krn tdk memperhatikan namanya yg jelas2 menandakan bahwa dia seorg wanita. Gayanya kumal, layaknya anak2 desa yg tak terurusi meski sebenanya mreka terurusi , hanya saja sprti itulah gayanya. Sewaktu didatangi, dia sedang mengigit jagung mentah.. hmm bukan hanya mengigit tapi dia makan jagung kuning mentah yg mungkin kita enggan. Saat ditanya, knp makan jagung mentah dek?? Jawabnya sederhana "suka" dengan lagak bahwa yg dia makan itu makanan favorite. Waktu itu sy selalu memperhatikan adek kecil ini dan mungkin dia hanya salah satu dari beribu anak di indonesia yg makanannya jauh dari kategori "makanan bergizi". Entahlah.
--------
Pengumpulan data di daerah kedua takkan terlupakan tekhusus untuk saya pribadi. Di daerah ini, kami harus beradaptsi dengan bau tai ayam yang sempat membuat sya pening hingga muntah. hehehe
Tak sedikit orang yang suka dengan telur.. Selain proteinya yang tinggi, telur juga bisa diolah menjadi hidangan yang enak di lidah. Namun, pernah tdk memikirkan nasib para peternak ayam ini. Mereka harus mengurusi ayam-ayam iclude dengan tai-tainya yg sgt tdk mengenakkan indra pencium... Memikirkannya saja, terkadang merangsang perut untuk mual, apalagi jika kita ada di lingkungan tersebut. Kita-kita yg hidupnya diluar dari profesi ini, semestinya harus banyak bersyukur krn kita bisa menikmati enaknya telur tanpa pernah berkutat dengan bau dan kita bisa membelinya hanya dgn harga rp 1000. Bagi saya, itu sdh sgt murah "menurut" org yg pernah merasakan hidup dekat dengan kandang ayam.
---------
Hal yang paling berkesan pengumpulan data pada daerah 3 dan 4 yaitu anjing. Sumpah... anjingnya tidak main-main, benar-benar menganggu proses kegiatan kami. Sampai-sampai kami memanggil anjing dengan sebutan 'mas bro' hehehe
Dengan bangga kami mengenakan atribut SDT, mulai dari rompi, tas topi dan payung. Yuhuuuu...
Thanks to all my kakak-kakak.. Maafkan segala khilafku selama kebersamaan kita, hanya wanita biasa dan hanya manusia biasa. hehehe