Family oriented and education oriented

Kamis, 26 September 2013

Muslimah adalah Pionir

08.54 Posted by Harna Nawir No comments
"Anak muda yang akan sukses besar, tidak akan mudah silau oleh kecantikan bedak dan sasakan produksi salon. Dia mencai wanita yang indah hatinya tapi galak dalam membelaya, yang hati dan matanya dijaga hanya untuknya, yang memelihara kecantikannya yang sederhana itu sampai jauh ke masa tua, yang melahirkan anak-anaknya yang sehat, cerdas dan lucu, yang akan membantu suaminya menjadi pribadi yang sukses dan berpengaruh dan yang akan menjadi sahabat bagi kebahagian satu sama lain dalam umur yang panjang dan sehat" _Mario Teguh_

Wanita adalah penentu masa depan seorang laki-laki, menjadi pembimbing spritual untuk anak-anaknya. Menjadi pionir dalam keluarganya dan memberi pengaruh besar untuk suaminya. Untuk menjadi wanita sepertu itu tidak serta merta tapi butuh proses, jika saat ini masih jauh dari kategori tersebut maka yang harus kita lakukan adalah memperbaiki diri. Memantaskan diri untuk laki-laki yang lebih baik..

"Dianjurkan untuk menikahi wanita yang jelita. Kecuali jika terjadi kontradiksi antara wanita yang cantik jelita namun tidak shaleh da wanita yang shaleh namun tidak cantik jelita. Jika keduanya sama dalam hal keshalehan, maka yang cantik jelita lebih utama untuk dinikahi" _Ibnu Hajar_

Shaleh yang diutamakan, menjadi wanita shaleha adalah dambaan setiap wanita. Tak sedikit wanita yang ingin seperti itu. Tapi hanya sebatas ingin tanpa melakukan bukti nyata untuk membuktikan bahwa mereka serius ingin menjadi wanita shalehah. Tidak masalah seorang laki-laki mencari yang cantik, karena sudah menjadi fitrah manusia suka dengan keindahan. Istri yang cantik itu menyehatkan mata. Tapi, ingat yang paling penting karena agamanya. 

Keindahan paras menjadi sumber pahala ketika para muslimah mengoptimalkannya untuk menarik perhatian suaminya. Parasnya membuat sang suami betah di rumah. Cantiknya menjadi penenang jiwa, penyejuk mata dan penentram hati bagi sang suami. Ia menjadikan kecantikan wajahnya sebagai pemelihara menjaga pandangan suaminya hingga tak ada berpaling hanya pada istrinya. 

"Nafsu menilai berdasarkan cantik paras da seksi tubuhnya. Akal menilai berdasarkan brilian otak dan lincah tingkahnya. hati menilai berdasarkan indah akhlak dan ilmu agamanya. jika terpaksa harus memilih, maka utamakan hatimu. Karena ia akan menjanjikan kebahagian yang hakiki dan abadi" _Ahmad Rifai Rif'an_

Jadilah muslimah yang beriman dan bertakwa, menjaga hatinya dan tidak memberikannya pada yang bukan halal. Hanya teruntuk suaminya kelak. Sekarang masih menjadi rahasia tapi dia akan masa depanmu..

Sesal

08.23 Posted by Harna Nawir No comments
Tak pernah terpikirkan bahwa mencintamu itu pernah tercipta begitu saja. Benar-benar menerobos akalku. Ketika ditanya mengapa? Aku tak bisa menjawab apapun, bahkan dengan satu kata. Lalu, kenapa mesti dengan kamu? Dan sekarang aku menyesal.. Andai saja, dulu aku berjalan teguh dengan prinsipku tak akan terjadi seperti ini. Akh.. aku menyesal dan itu sangat. Aku manusia biasa, masih sanat susah mengelak dari penyesalan masalah yang pernah menyayat hati.

Saat kutau bahwa itu hanyalah permainan kecil yang kau mainkan, selayaknya aktor profesional. Tanpa curiga aku mengikuti alurmu tanpa bertanya sedikitpun. Lihatlah, betapa bodohnya aku dulu. 
Kau mencintaiku dengan sangat dan itu katamu didepanku, dengan begitu jelas aku melihat mukamu yang membuat empatiku membumbung tinggi. Katanya kita saling mencintai.. Hanya sebatas itu, tak ada yang namaya pacaran. Aku ajukan itu sebagai syarat, agar aku bisa bertahan dengan rasaku yang begitu lama. Sangat lama, bahkan ketika yang lain datang ingin menyuntingku dengan hormat aku menolaknya begitu saja karena engkau pernah berjanji, ingin datang kerumahku, menemui orangtuaku dan menjadi pendamping hidupku kelak. Begitu sempurna rencanamu.. Dan lagi, aku dibodohi dengan ucap katamu yang begitu manis. 

Tiba-tiba, engkau menghubungiku dan katamu kamu ingin menikah dan itu bukan aku. Seenaknya kamu berkata seperti itu, dengan lincah tanpa beban kau mengatakannya begitu saja tanpa berpikir bagaimana hatiku karena katamu. 
Aku tidak akan pernah mengiba-iba kepadamu, memintamu menepati janjimu. Tidak akan dan itu tabu untuk kulakukan. itu bukan gengsi tapi harga diriku jauh lebih berharga dari cinta busuk yang kau iming-imingkan dulu. Kaupun menikah dengan gadis pilihanmu.. 

Aku bersyukur karena tidak menikah denganmu seorang pembuat skenario. Tapi, skenario yang kau buat hanyalah bagian kecil dari skenario terbaik yang dibuat oleh Allah untukku.. 

#Terinspirasi

Lebih Dari Ini

07.51 Posted by Harna Nawir No comments
Imajiku selalu saja lari dari batas logika
Mengelilingi serambi di alam khayal
Menempuh pergolakan nyata dengan akalku
Inginku dipayungi oleh imajiku
Keduanya berjalan selaras, bersatu membentuk komposisi mimpi yang indah
Namun tidak dengan logika..

Berjalan di atas perbedaan, menari sendiri dan berjuang sendiri tanpa berbalik ke arah 'Ingin' ku
Dan Rasa-rasanya, 'Ingin'ku berteriak 'Aku bisa Lebih dari ini, menggapai imajiku dan merebut tahta yang ingin kau hancurkan begitu saja tanpa melihat apa yang bisa aku lakukan'
Tak sampai di ruang logiku, akalku menutupi, menciptakan gelombang ombak yang begitu dashyat. Seakan-akan ingin mencegah lagkahku..

Imajiku tak semudah itu diluluh lantahkan begitu saja
Lihatlah.. imajiku semakin tercipta, bersolek ria dengan keanggunan ingin yang meninggi.
Tidak.. langkahku sudah sejauh ini, kali ini aku akan memihak pada imaji yang sengaja kucipta, tertata rapi dalam album mimpi dan membentuk bingkai Cita-Cita.
Lihatlah nanti, aku bisa lebih dari ini.


Don't Say "Aduh'

07.31 Posted by Harna Nawir No comments

Kata 'Aduh' bukanlah kata yang jarang didengar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari lebih dari sekali kita menyelipkan kata 'aduh' dalam kalimat perbincangan. Kata yang singkat, hanya terdiri dari 4 suku kata tapi pernah kah kita menyadari bahwa kata 'aduh' memiliki unsur keluhan. Seringkali kita melontarkan kalimat keluhan tanpa disadari bahkan sudah dianggap sangat biasa. Tahukah bahwa keluhan adalah salah satu ciri orang yang tidak bersyukur..

Misalnya nih.. 
Aduh.. kenapa jadi begini? Kenapa tidak seperti yang aku inginkan? 
Aduh.. kok hidupku berat amat.
Aduh.. kepalaku sakit.. Aduh.. bla bla bla ble.. 

Pernah tidak melontarkan kalimat seperti itu? Saat dikerubuti sebuah masalah besar, tak enyahnya kita mengeluh, setiap saat. Apakah masalah kita terselesaikan dengan keluhan-keluhan itu? Tidak kan.. Tentu TIDAK.

Kata 'Aduh' selalu saja terloloskan dari penjara kosa kata negatif. Lalu Lalang di pintu lisan, keluar seenaknya saja. Apa lagi jika hati sedang dirundung galau.. Kata 'Aduh' semakin menjadi-jadi, berkembang biak melahirkan sejuta kata yang sama. Lalu bagaimana memangsa kata negatif ini? Tentu saja dengan pikiran yang tenang dan hati yang senang. 
Saat ingin mengeluarkan kalimat, hendaknya dipikir-pikir dulu, apakah berdampak baik atau buruk. Semua pilihan ada pada diri kita.. Hasilnya, hanya kita yang bisa menuainya pula. Jika menanam kebaikan, maka akan berbuah kebaikan dan sebaliknya. Hukum sebab akibat berlaku, anda yang melakukan penyebab dan anda pula menjadi penikmat akibat dari sebab.

Coba renungkan baik-baik, dalam satu hari ini berapa kali kita mengeluh. Entah mengeluh karena kehabisan uang atau mengeluh karena ban motor kempes. Coba renungkan sekali lagi.. kemudian catet baik-baik. Setiap hari, lakukan hal yang sama. Lalu liad apakah ada perubahan..
Bukankah, orang yang hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang merugi. 
Jika belum bisa melakukan kebaikan lebih banyak, setidaknya kurangi ladang dosamu. 
Ingat, Apa yang dikeluarkan oleh lisan kita akan dipertanggungjawabkan. Mulailah dari hal yang kecil, merubah kebiasaan-kebiasaan kecil negatif yang seharusnya tidak usah dilontarkan.. 

Dan jika kata 'aduh' keluar dari lisan karena masalah yang dihadapi sangat berat, maka ampuhkanlah jurus kesabaranmu, tajamkan keikhlasanmu dan serahkan semuanya kepada Allah. 



Rabu, 25 September 2013

Ayo Perbaiki diri

22.03 Posted by Harna Nawir No comments
Manusia acap kali melupakan kewajibannya sebagai hamba yang ber-Tuhan. Melupakan tentang nikmat yang diberikan, seakan lari dari tanggungjawab sebagai seorang hamba. Hanya mempertanyakan hak tanpa melakukan kewajiban sebelum memperoleh haknya. Apakah seperti itu patut digelari sebagai orang yang bersyukur? Apakah selama ini kita tergolong manusia yang baik atau yang buruk? Tanyakan dalam hatimu, tentang kepatuhanmu kepada Allah selama ini. Ini bukan nasihat ataupun petuah yang harus dilakukan, tapi setidaknya dengan sedikit membaca kan merubah mindset kita dalam beribadah. Bagaimana menomor SATU kan Allah di hati, yang diwujudkan melalui langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Terlalu banyak manusia yang durhaka dengan Allah.. Saya berkata seperti ini, bukan berarti saya sempurna tapi kita sama-sama belajar, saling mengingatkan. 

Buatlah tameng pertahanan, agar tameng itu memangsa kesombongan dan penyakit lain yang bisa merusak hati. Penyakit yang bisa mengurangi kadar iman dalam hati, meronrong takwa yang sudah bernyawa di hati. Apakah anda mau keimanan dan ketakwaan kita tergadaikan oleh indannya dunia?? Rasa-rasanya, hal itu sangat rugi. Tapi jangan juga mengabaikan dunia, itu hal yang kurang baik. Perlu adanya keseimbangan kehidupan akhirat dan dunia. Siapa yang tidak ingin jadi orang kaya?? Nah, liad semua tangannya disembunyikan kan. Artinya, semua ingin jadi orang kaya. Sudah beriman dan bertakwa, kaya pula. Bisa mendirikan mesjid, panti asuhan, rumah tahfidz dan lain-lain.Mantap kan??

Garis hidup yang perlahan teruntai merupakan akumulasi dari perbuatan kita, bagaimana kita menggambar garis hidup yang lurus sesuai tuntunan-Nya dan sebaliknya, semua itu kembali ke diri pribadi masing-masing. 
Apakah anda pernah berpikir..
Kenapa Allah menciptakan kita ke dunia ini? untuk apa??
Kenapa Allah memberikan nikmat yang sangat begitu besar, unlimited. Manusia terpintar di duniapun tidak akan mampu menghitung nikmatnya. Atau anda ingin mencoba menghitungnya?? Silahkan tapi jangan sampe anda gila yah, itu bukan tanggungjawab saya loh.. hehe
Pikirkan semua itu.. 
Anda pasti pernah mendengar kalimat yang intinya sama dengan kalimat ini "Hal yang terdekat dengan kita tanpa jarak sedikitpun adalah kematian"
Pernah berpikir tentang kematian anda? Dimana anda meninggal? Apakah nantinya jasad anda dikuburkan di tempat yang selayaknya ataukah anda meninggal karena kebakaran atau karena tenggelam dilautan. Sepenuhnya, itu rahasia Allah.
Yang perlu kita persiapkan hanyalah amal kebaikan, menabung amal jariyah dimana-mana, melakukan ibadah sesuai dengan ajaran-Nya.
Selalu perbaiki diri dan Selalu bersyukur

Kau Tau

21.19 Posted by Harna Nawir No comments
Kau tau..
Tanpa kau aku tidak akan luka.
Tanpa kau, tak secuil pun hatiku hilang
Tanpa kau, tak ada sedikitpun semilir angin yang menerpa.
Tanpa kau, itu lebih baik.
Setidaknya tanpa kau, aku bisa beribadah lebih baik.
Akalku semakin jernih tanpa kau disini mengganggunya
Apa kau tau??
Kau hanya mengganggu ketentraman di zona nyamanku
Kau seolah-olah ingin merenggut logikaku dan berusaha menguasai hatiku
Aku tidak akan membiarkannya.. Sedikitpun  tidak.
Kau seenaknya saja datang, tiba-tiba menyuguhkan sikap yang seperti aku inginkan
Kau membuat skenariomu sendiri, tanpa sadar bahwa ada sekenario yang lebih Nyata oleh-Nya


Selasa, 24 September 2013

'Tradisi' yang Memisahkan

08.04 Posted by Harna Nawir No comments
Tradisi dapat memisahkan cinta? Loh kok bisa?
Bisa dan biasa terjadi. Tradisi yang sudah mendarah daging dimasyarakat dijadikan sebagi aturan dan norma dalam bermasyarakat, mengatur bagaimana hidup bermasyarakat termasuk dalam hal pernikahan. Tradisi 'X' misalnya, pada saat  lamaran pihak laki-laki harus menyediakan yang namanya “Uang panaik”. Uang panaik berbeda dengan mahar, uang panaik adalah uang resepsi yng diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan.  Uang panaik diatur sesuai tradisi dan itu turun temurun. Tidak sedikit laki-laki yang mengeluh mengenai uang panaik. Semakin tinggi sekolah dari perempuan yang menganut tradisi 'X' ini, maka semakin tinggi pula uang panaik yang harus dipenuhi oleh laki-laki yang meminangnya. Ditambah lagi, jika keluarga perempuan ini terpandang dimasyarakat, uang Panaiknya semakin cetar membahana badai... Ulala...

Lalu, apa jadinya jika sang laki-laki tidak mampu memenuhi permintaan orang tua si perempuan?
Maka, seketika itu lamarannya ditolak meski kedua insan ini saling mencintai. Tak ada toleranasi.. Hal ini disebabkan karena gengsi orang tua yang semakin menjadi-jadi, mereka tidak akan menerima laki-laki yang uang panaiknya sedikit. Harus setara dengan kedudukan si perempuan bahkan harus melebihi.

Tradisi yang memisahkan..
Tapi kan yang namanya jodoh nggak bakalan kemana. Hanya saja kasihan para lelaki, yang harus menyediakan uang yang begitu besar untuk melamar sang perempuan. kalau uangnya dihabiskan untuk pernikahan, modal usaha pasca nikah ambil darimana coba. Hal ini perlu diubah, persepsi orang tua tentang pernikahan harus dirombak.Memang, hanya sebagian saja orang tua yang masih menganut kental tradisi seperti ini. Sebagai anak, sebaiknya kita melakukan pendekatan kepada orang tua kita bahwa hal utama yang harus dilihat dari seorang laki-laki yaitu agamanya, kecintaannya pada Allah. Dengan kalimat yang lembut dan sopan orang tua pasti akan mengerti dan tentunya jangan lupa doakan mereka agar tidak meletakkan tradisi di atas agama.


Semangat Untuk Para Lelaki ^_^

Pernyataan Menggelitik

07.45 Posted by Harna Nawir No comments
Siang itu begitu panas, matahari menyengat hingga kulitku dibuatnya jadi belang. Naik motor dan diantar oleh teman  ke tempat kerja. Rutinitis yang selalu saja membuatku harus menjinjing tas yang isinya penuh dengan berkas-berkas penting. Saya datangnya telat dan harus berlari menuju ruang kerja, pasien sudah menunggu dan sudah diserbu PING oleh rekan kerja.  
Sesampai di kantor, tiba-tiba dikagetkan dengan pertanyaan. Yang antar siapa? Pacar yah? 

"Wallah.. pacar. Sekarang masih zamankah yang namanya pacaran" seru dalam hati
Saya membalas pertanyaannya dengan senyum manis dan berkata 'Saya nggak punya pacar mbak"

"Loh, kok begitu? Kamu kan sudah gede, sudah 22 tahun. Saatnya, cari pacar donk. Jangan terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatanmu. Sesekali luangkan waktu untuk hal pribadimu" Ucap Ibu Rini

"Saya nggak pacaran mbak, saya mau langung nikah aja" Balasku

"Saya dulu, Usia 20 tahun udah nikah dan suami saya itu yah pacar saya dulunya. Pacaran itu enak loh"
Dan lagi, saya hanya menyuguhkan senyum termanisku tanpa berkomentar apapun.

Penyataan sangat menggelitik, Pacaran udah dianggap biasa. Katanya "Bukan cewek normal klw nggak pacaran"

Sekian ^_^

Keluh Tak Bersuara

06.56 Posted by Harna Nawir No comments
Imanku goyah, menerpa pertahanan yang telah lama terbangun.
Suara gemuruh rontah terdengar dari dalam hati
Naluriku seketika menepiskan logika
Menyurutkan niat hati untuk menjadi ini dan itu
Semuanya lulu, sudah...
Aku Mengeluh....
Hempaskan asa yang kian memenuhi otak
Ini hanyalah fase yang harus dilewati
Berusaha yakinkan kembali hati yang kian menangis
Mengumpulkan kekuatan tuk merobohkan dinding besi yang terpampang depan sana
Membangun kepercayaan diri yang mulai pupus
Apakah aku mampu meraihnya?
Ah.. dan aku mengeluh lagi.
Aku berkeluh berusaha tak bersuara
Membangun kembali kegigihan yang pernah kuhempaskan begitu saja
Menyusun kembali mimpi-mimpi disecarik kertas rapi
Melapaskan keluhan-keluhan yang sempat menjadi parasit

JEJAK RASA

06.37 Posted by Harna Nawir No comments
Tak ada celah untuk mengembalikan rasa  seperti dulu, semuanya terkubur begitu saja. Bersama luka yang pernah tergores nyata di hati. Ini bukan tentang kehilangan karena toh sejatinya, kita tidak pernah saling memiliki. Ini hanya, rasa yang sudah menjadi jejak.

“Aku ingin menikahimu”.. kalimat itu masih terngiang dibenak, saat aku menginginkan engkau menjadi istriku. Masih sangat jelas, kala harapan itu membuncah. Kala rasa itu masih bersemayam di hati dan katamu kau merasakan hal yang sama. Meski saat itu,  kita hanya ngobrol via telpon. Aku tidak melihat mimik mukamu, apakah bahagia atau ragu? Yang pasti, aku sangat berharap.

Bukankah, kau berkata. Pacaran itu haram? Maka lekas, aku memantaskan diri untukmu. Membenahi diri menjadi lebih baik, agar aku pantas bersanding dengan dirimu yang begitu anggun dan mempesona. Aku mengagumi akhlakmu yang terjaga, tutur katamu yang begitu lembut, hijabmu yang sempurna. Semuanya yang ada pada dirimu, terutama agamamu.

Keraguan sesekali menyelinap di hati, apakah aku pantas denganmu? Aku menunggu jawabanmu tanpa keluh.. sembari memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bukankah, orang baik akan berjodoh dengan orang baik dan sebaliknya. Maka dengan sepenuh hati aku berusaha menjadi orang yang baik, bukan karena dirimu tapi karena Allah. Kecintaanku kepadamu, tidaklah lebih besar dari rasa cintaku kepadaNya.

Tak lama kemudian, engkau memberiku jawaban yang sangat menyayat hati. Semestinya malam itu hening, tapi ketika itu bak angin kencang menghampiri tubuhku yang tidak begitu kekar. Seketika itu, tubuhku kaku dan tak bisa berkomentar apapun. Harap yang dulunya menggunung, perlahan-lahan mulai luluh. Harapan itu kini mulai hancur. Aku salah, semestinya dari awal aku tidak berharap denganmu. Bukankah, berharap itu hanya kepada Allah. Ya Allah, satu pelajaran hidup yang sangat berharga buatku.

Masih teringat jelas, malam itu engkau berkata “Kak, Maaf yang sebesar-besarnya. Saya sudah dijodohkan oleh ibu saya dengan orang yang saya kenal sebelumnya dan saya tidak bisa menolak permintaan beliau”..
Sangat singkat, namun begitu menanam luka di hati. Sudahlah, dia bukan jodohku.

Banyak hikmah dibalik semua yang terjadi, meski sekarang sudah menjadi jejak rasa namun pelajaran yang dipetik sangat banyak dari mengenal sosokmu.
Bagaimana aku berubah menjadi lebih baik..


Sekali lagi.. Aku tidak pernah kehilangan karena aku tidak pernah memiliki.