Family oriented and education oriented

Rabu, 04 Maret 2015

Paragraf 6

22.39 Posted by Harna Nawir No comments
   Teduhnya angin sepoi hanya sampai raga, tak menelusuk hingga ke jiwa yang semakin hari semakin hampa. Entah apa yang terjadi pada jiwa ini, kering kerontang bak belukar di bawah terik matahari. Terbakar karena panasnya tak sanggup tertahan oleh jiwanya sendiri. Bagaimana mungkin raga baik-baik saja sementara jiwa merana. Bagaimana mungkin raga menari dan menebar tawa kecil sementara jiwa tertatih. Apalah daya jika itu terjadi, hanya mampu menikmati dengan keber-pura-an bahwa jiwa baik-baik saja disini, dengan balutan raga yang kelihatannya baik-baik saja.  


Cinta Pertama

22.24 Posted by Harna Nawir No comments
Aku merasa ada yang hilang
Tanpa tau apa yang sudah aku temukan
Aku merasa menemukan
Tanpa tau apa yang aku cari
dan aku masih seperti mencari
Tanpa tau apa yang sudah hilang

Seseorang yang kita pikir adalah milik kita
ternyata bukan benar-benar milik kita
kita memiliki hatinya dan cintanya
tapi kita tidak pernah memiliki jalan hidupnya

Setiap manusia memiliki ruang kosong di hatinya
ketika seseorang datang..
dan kita berpikir bahwa dia yang mengisi ruang kosong itu
sebenarnya dia hanya berdiri di depan pintu
dan menyamarkan ruang kosong itu
ruang kosong di hati kita tetap ada
dan tidak akan pernah benar-benar terisi

Manusia memiliki mimpi
ada yang mengejar dan meuwujudkannya
ada yang mundur dan membuangnya
ada pula yang diam dan hanya menyimpannya disepanjang sisa hidunya
dan aku akan menjadi manusia yang terakhir itu.

(Film Cinta Pertama, 2006)

Minggu, 01 Maret 2015

Ibu... Ayah...

10.21 Posted by Harna Nawir No comments
Lega rasanya bisa menumpahkan rindu melalui doa
Juga tak jarang melalui air mata
Sekilas bahagia, tak sedikit sedih
Ternyata rindu benar-benar di hati
Menguasai jiwaku pun ragaku
Ingin mengelak atau berhenti tapi ternyata sia-sia
Semakin menjadi-jadi malah..

Ibu.. ibu...ibu.. Ayah...
Aku merindukan kalian dengan segala rinduku
Jika tangan ini tak mampu menyentuh kalian
Biarkan lisan dan doa jadi penyambungnya
Ibu ... Ayah..

“Kami baik-baik saja, nak” kata kalian
Tapi entah kenapa, aku memikirkan yang lain tentang kalian.
Semacam firasat..
Mungkinkah kalimat itu hanya senjata untuk mengelabui aku, disini.
Agar aku tak khawatir
Agar aku bisa fokus dalam study ku
Lagi.. lagi... aku khawatir tentang kalian disana
atau firasat ini hanya lah buah dari yang namanya pohon rindu
aku merindukan kalian, sungguh.

Ibu.. ayah..
Aku yakin kalian merindukanku dengan segala cinta yang kalian miliki
Aku yakin malam ini kalian juga memikirkanku dengan segala bentuk kekhawatiranmu

Ibu.. Ayah..
Malam ini aku tak bisa menahan air mata kerinduan
Biarkan aku menikmati rindu dengan segala upayaku
Aku merindukan kalian...





Bangkok, 1 Maret 2015
01.20 am