Tradisi dapat memisahkan cinta? Loh kok bisa?
Bisa dan biasa terjadi. Tradisi yang sudah mendarah daging
dimasyarakat dijadikan sebagi aturan dan norma dalam bermasyarakat, mengatur
bagaimana hidup bermasyarakat termasuk dalam hal pernikahan. Tradisi 'X'
misalnya, pada saat lamaran pihak
laki-laki harus menyediakan yang namanya “Uang panaik”. Uang panaik berbeda
dengan mahar, uang panaik adalah uang resepsi yng diberikan pihak laki-laki
kepada pihak perempuan. Uang panaik
diatur sesuai tradisi dan itu turun temurun. Tidak sedikit laki-laki yang
mengeluh mengenai uang panaik. Semakin tinggi sekolah dari perempuan yang
menganut tradisi 'X' ini, maka semakin tinggi pula uang panaik yang harus
dipenuhi oleh laki-laki yang meminangnya. Ditambah lagi, jika keluarga perempuan
ini terpandang dimasyarakat, uang Panaiknya semakin cetar membahana badai...
Ulala...
Lalu, apa jadinya jika sang laki-laki tidak mampu memenuhi
permintaan orang tua si perempuan?
Maka, seketika itu lamarannya ditolak meski kedua insan ini saling
mencintai. Tak ada toleranasi.. Hal ini disebabkan karena gengsi orang tua yang
semakin menjadi-jadi, mereka tidak akan menerima laki-laki yang uang panaiknya
sedikit. Harus setara dengan kedudukan si perempuan bahkan harus melebihi.
Tradisi yang memisahkan..
Tapi kan yang namanya jodoh nggak bakalan kemana. Hanya saja
kasihan para lelaki, yang harus menyediakan uang yang begitu besar untuk
melamar sang perempuan. kalau uangnya dihabiskan untuk pernikahan, modal usaha
pasca nikah ambil darimana coba. Hal ini perlu diubah, persepsi orang tua
tentang pernikahan harus dirombak.Memang, hanya sebagian saja orang tua yang
masih menganut kental tradisi seperti ini. Sebagai anak, sebaiknya kita
melakukan pendekatan kepada orang tua kita bahwa hal utama yang harus dilihat
dari seorang laki-laki yaitu agamanya, kecintaannya pada Allah. Dengan kalimat
yang lembut dan sopan orang tua pasti akan mengerti dan tentunya jangan lupa
doakan mereka agar tidak meletakkan tradisi di atas agama.
Semangat Untuk Para Lelaki ^_^
0 komentar:
Posting Komentar