Family oriented and education oriented

Jumat, 26 Juli 2013

Bukan Cinta Yang Tak Bertuan

07.38 Posted by Harna Nawir No comments
Tersungkur aku dalam sujud
Terbuai dalam lantunan doa
Terhenyak dalam dzikir yang khusyuk
Menyimpan ingin disetiap ucap kata dengan-Mu
Sebilah harap masih nyata sebelum ada akhir

Cinta dalam diam..
Kalimat klasik namun rutinitas yang selalu menyertai hela nafas
Sampaikan salam rindu kepada si empunya ‘cinta dalam diam’ ini
Ini bukan cinta yang tak bertuan
Nyata terlihat dan terasa
Masih dengan tuan yang sama
Menghilangkan kata bosan dalam kamus kata ku..
Mengasuh setia dalam hati..

Ini cinta dalam diam yang bertuan
Menyuburkan rindu yang terlafadzkan dengan dzikir
Terkadang noktah-noktah asa dan peluh mengapung tanpa daya
Terpanjara dalam harap semata
Tak menemukan sepercik cahaya dibalik doa yang terlantunkan setiap saat
Kepetusasaan mencinta dalam diam terkadang membiarkan dirinya mengapung hingga batas cakrawala..
Melewati batas logika

Ini bukan cinta yang tak bertuan
Terpampang nyata di hati.. Nama, caranya berjalan, sikapnya, tutur katanya. 
Semua masih tersimpan dalam diam
Untuk cinta yang bertuan.. 



Keikhlasan dan Ketabahan

06.53 Posted by Harna Nawir No comments
Panggil saja “Nurul”.. Saat ini usiaku 28 tahun dan aku hidup tanpa seorang ayah, yang beberapa bulan lalu telah dipanggil oleh-Nya. Kenangan ayah yang pernah tertorehkan dalam lembar-lembar kisah hidupku tidak akan pernah terlupa, seiring berjalannya waktu. Dia sosok yang bijak dan penuh dengan tanggung jawab dengan istri dan anak-anaknya.. beliau meninggal tanpa melihatku menikah, membina rumah tangga dengan seorang lelaki. Kisah percintaanku begitu suram dan pedih, hanya luka yang sempat tersimpan di memori.

5 tahun lalu, aku pernah dilamar dengan seorang laki-laki yang mencintaiku dan akupun merasakan hal yang sama. Saat itu usiaku masih 23 tahun, bahagia memenuhi ruang hatiku saat itu. 3 bulan sebelum acara pernikahan dilangsungkan, aku sudah mempersiapkan semuanya, layaknya persiapan calon pengantin. Terkadang, apa yang kita inginkan hanyalah sebuah ingin semata, tak menjadi kenyataan.

Malam itu, aku gelisah tak tenang rasaya dalam hati. Kaki ini bak terpanggil ke rumah calon suamiku itu. Tapi tidak mungkin rasanya aku kesana.. apa perkataan orang-orang. Tiba-tiba dia menelpon dan dia mau mampir ke rumah. Tapi aku menolak kedatangannnya, diapun setuju dan dia langsung menutup telponnya. Tapi kegelisahan itu tetap saja tak hilang dari hati... aku memberanikan diri menyapanya dan mendatangi rumahnya.

“Dia tidak ada di rumah” Kata ibunya..
Aku pun terheran saat itu, kegelisahanku semakin bertambah. Aku berjalan pulang melewati arah yang berbeda sewaktu datang.
Tidak, aku melihat dia di rumah tetangganya. Duduk berdua dengan cewek itu, berpelukan mesra. Apa artinya ini?? aku menghampirinya dan dia kaget. Aku tidak meminta penjelasan apapun dengan dia, cukup kedua mataku jadi saksi nyata atas pengkhianatan yang dia lakukan. Aku mengenal calon suamiku itu, sudah 7 tahun. Bukan waktu yang singkat.. tapi dia mengkhianati diujung penantian ini..

Aku pulang di rumah dengan isak tangis, apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tuaku, keluargaku yang lain. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan ini. apakah harus tetap dilanjutkan atau dihentikan saja..

Telpon dan smsnya, tidak ada. Bahkan hari ketiga setelah kejadian itu, dia tidak menjelaskan apapun tentang kejadian malam itu. Tiba-tiba sepupunya datang ke rumah dan ingin berbicara dengan saya. Aku sangat dekat dengan sepupunya karena sebaya denganku. Dia berkata kalau kakak ‘Calon suamiku” sudah menikah dengan gadis yang waktu itu. Mereka menikah tanpa restu kedua orang tuanya, mereka menikah tanpa dimeriahkan dengan pesta. Hanya akad nikah yang berlangsung singkat..

Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia berubah.. Mataku berkaca-kaca. Aku tidak bisa menahan kesakitan yang dia torehkan tepat di hatiku yang paling dalam. Hari itu, aku beranikan diri membicarakan kepada kedua orang tuaku dengan sebaik-baik prakata. Alhamdulillah, dia mengerti dan mereka mencoba menghiburku. Tidak Ibu, ayah.. aku ikhlas menerima semua ini. dia bukan jodohku, dan alhamduliillah Allah SWT telah menunjukkan siapa dia sebenarnya.

Hari berganti hari, terdengar kabar kalau mereka bercerai dan ibu dari mantan calon suamiku maih sering memanggil saya ke rumahnya. Hanya silahturrahmi.. bahkan anak dari pernikahannya yang belum cukup 1 tahun itu sering aku gendong.
Sepupunya, sering mengatakan kalau kakaknya menikah dengan gadis itu karena gadis itu hamil. Astagfirullah, saat itu hatiku borok mendengarnya.
4 tahun berlalu setelah peristiwa itu, dia masih menghubungiku dan belum menikah lagi. Aku tidak mau denganmu, cukup jelas peluh yang kau berikan pada saat itu.


Tersadar seketika, bukan alasan dendam sehingga aku tidak mau menerimanya lagi. Aku ikhlas atas peristiwa waktu itu.. aku ikhlas. Tapi tolong, hentikan inginmu saat ini. Maaf..  Rasa itu telah mati beberapa tahun lalu, seiring awal pengkhianatanmu.. 


Sapaan Pangeran Berpeci

06.02 Posted by Harna Nawir No comments
Lembut suara, bijak tutur kata dan cahaya imannya terpancar seketika.
Seketika itu pula menghanyutkan aku dalam mimpi yang lelap.
Dia menyapa dan aku menyapanya balik.
Pangeran berpeci, menghampiriku di alam mimpi malam ini.
Bahagia dan terselip harap yang menggunung..
Apa pangeran berpeci itu kamu, seseorang yang kukenal lama?
Tidak.. sketsa wajahnya berbeda. Namun sopan tingkahnya seperti kamu..
Merenung berampar sajadah
Mengikuti ingin hati yang semakin redup
Pangeran berpeci itu, menawarkan senyum yang begitu menawan
Sesekali menghapus sedih hati dalam mimpi
Membasuh asa dalam penantian
Ini hanya mimpi..
Mimpi yang seperti nyata, meski wajahnya masih samar terlihat.
Belum terlihat ukir wajah yang nyata
Hanya senyum sapanya, yang teringat jelas
Pangeran berpeci..
Apa kehadiranmu dalam mimpiku, sebagai tanda bahwa penantian ini segera akan menemukan ujung.
Apa sapaanmu, akan menjadi nyata.
Beri saya tanda sekali lagi..



Senin, 22 Juli 2013

Bertahan Tanpa DiTahan

14.16 Posted by Harna Nawir No comments
Dengan kedua tangan aku membangunnya
Penuh harap dan sesekali tangis menyelinap
Menembus pertahanan yang terbangun
Kubiarkan begitu saja
Tercipta dan semakin membuncah di sanubari
Bahagia tercipta, komitmen terlisankan
Diam.. hening.. tapi bukan berarti hati tak berbicara
Masih melihatmu dengan jelas dengan kedua mata dan hati
Masih berdiri tapi kau mulai melangkah
Jauh.. samar.. bahkan tak terlihat
Lihat.. Langkahmu semakin jauh.. sangat jauh.
Kau terkalahkan oleh waktu..
Aku menutup mata dan semuanya gelap
Tak terlihat aba-aba bahwa kau masih tetap bertahan
Sekarang, dengan sebelah tangan aku masih membangun rasa itu.
Aku bertahan tanpa ditahan
Menunggu tanpa disuruh menunggu
Hingga waktu bosan dan menyudahinya dengan sendiri








Don't Give Up

13.48 Posted by Harna Nawir No comments

Lelah...
Tubuh meringkuh perih
Tapak tangan terikat sempurna
Terbalut duka tanpa sepercik suka
Terdiam dan menafikkan waktu yang tak berpihak
Ini keluh, tapi tak berpeluh
Semangat yang tercipta
Tak terlihat, padam, sunyi, sepi
Angin-angin meraihnya begitu saja
Tak menyisakan disini sedikit pun
Semangat juang..
Sekarang dimana?
Mungkin.. letih yang berbalut duka 
Menutupi semangat itu
TIDAK.. TIDAK... TIDAK
Bangun dan raih semangat juang itu.
Aku tidak menginginkannya pudar dan mati begitu saja
Hanya perlu bersabar
Menanti lebih lama
Mengumpulkan puing-puing semangat
Bersama lelah dan letih yang kian terasa
Sudah.. lupakan..
Kobarkan kembali semangat itu
Hingga berdiri sempurna dalam singgasana kesuksesan
Katakan “Don’t give up”

Hari ini, Aku di Khitbah

13.06 Posted by Harna Nawir 2 comments
Pesan itu, memecahkan ketenangan malam ini. Bak, angin kencang yang tiba-tiba terhembus di kesunyian malam. Merasuk hingga ke alam bawah sadarku. Membongkar kembali ketenangan yang sudah tercipta, menggoyahkan rasa yang ada disini.

Ukh, aku baru mengenalmu dan hati ini ingin menyempurnakan separuh dienku denganmu. Aku ingin melamarmu, mendatangi orang tuamu dan meminta izinnya untuk meminangmu. Maaf ukh, atas kelancanganku”..

Sejenak kualihkan pandaganku dari pesan singkat itu. Ini bukan pertama kalinya, sebelumnya sudah ada beberapa ikhwan yang ingin mengkhitbah tapi aku acuhkan begitu saja. Tapi kali ini, benar-benar membuat saya berpikir, bagaimana saya menolaknya? Dengan alasan apa? Dia seorang ikhwan yang taat.. dengan agamanya dia bisa membimbingku ke jannah-Nya. Seharusnya, sekarang aku bahagia.. 
Tapi.. ta.. ta...taaa.. 
Lidahku kaku, tubuhku tiba-tiba layu, penglihatanku tiba-tiba jadi samar. Badanku sulit untuk digerakkan butuh asupan energi. Kenapa  tiba-tiba ragu? Bukankah, ini yang aku inginkan. Ikhwan yang agamanya bagus dan hidupnya mapan. Bukankan ini yang aku inginkan selama ini?? Aku membisikkan kalimat itu, mempertanyakan keinginanku yang sudah jauh hari terbangun.

Ya Allah.. kali ini aku benar-benar diselimuti keraguan.
Kembali kubaca pesan singkat itu, ini benar-benar nyata. Dia mengkhitbahku dan bahkan dia ingin melamarku. Lalu, bagaimana dengan perasaanku? Apa harus kukorbankan..
Bagaimana aku menjawab permintaan itu. Sunggu sangat sulit mengambil keputusan itu, mungkin permintaan itu tidak dapat kupenuhi. Tapi, bukankah ini yang aku inginkan.
Akkhhh.. aku butuh petunjuk-Mu. Sunyi mulai menepi, sebagai aba-aba bahwa aku siap menjawab pertanyaan itu. Gemersik dedaunan sudah tak terdengar lagi, mungkin saatnya aku menjawab tapi dengan menjawab apa, caranya bagaimana??
Aku memberanikan diri menjawab dari pesan singkat itu..

“Afwan akh, bukannya aku tidak menginginkan akhi menjadi pendamping hidupku, tapi karena sesuatu dan lain hal sehingga aku tidak bisa menerima permintaan itu akh. Maaf yang sebesar-besarnya, semoga Allah menuntun langkah akhi, untuk menemukan tulang rusuk akhi’.

Aku menolaknya, lagi dan lagi. Lalu pendamping yang bagaimana yang aku inginkan? Apa karena perasaanku dengan seorang ikhwan yang kukenal itu membuat egoku semakin besar. Aku terlalu mengutamakan perasaanku..
Tapi ikhwan itu, tak pernah ada kabarnya. Kepastian yang kuharapkan tak kunjung datang. Ini hanya harapan semu..

Perisai-perisai yang kubangun selama bertahun-tahun kian pecah, membongkar sebongkah rindu yang selama ini tercipta. Apa ini dosa?? Aku menolak ikhwan yang datang dengan tulus demi perasaanku untuk seseorang itu. Aku egois..
Lalu, apa yang harus kulakukan? Apa aku harus melepaskan harap ini.. tidak, aku tidak sanggup. Lalu? Logika ku dan hatiku selalu saja berdebat.. yang mana harus kudengarkan??

Disini ada rindu, tepat  di atas ulu hatiku yang telah lama terpatok memendam rindu. Rindu untuk bersatu yang tak pernah berani ku tawarkan padamu. Bahkan, menyapamu pun aku tak berani. Apa sudah saatnya, aku padamkan rasa itu? Mungkin sudah saatnya, cinta itu kutawarkan kepada ikhwan yang lain.

Tapi, aku sudah menolak ikhwan yang mengkhitbahku hari ini. Mungkin terlalu cepat aku menjawab permintaan itu. Kita belum berjodoh akh’.. semoga engkau dipertemukan dengan wanita yang lebih baik.. 



Sepasang Bidadari ^Ayah dan Ibu^

11.53 Posted by Harna Nawir No comments

Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi terkadang terasa serak disini. Ucapku seakan tertahan diteggorokanku, tak mampu terucapkan. Gerakku, mulai tak karuan. Aku tak tau bagaimana cara mengungkapkannya. Bisakah, ungkapan itu terwakili hanya dengan sebuah tindakan?

Akkhh.. aku rasa, tindakanku pun tak mampu mewakili besar rasa disini.
Ayah.. Ibu.. Akankah bisa aku membalas kebaikan kalian, Kasih kalian, belaian kalian, Nasihat kalian, dan semua hal yang pernah Ayah dan ibu ajarkan untuk anandamu ini.
Apa bisa? Apa mampu??

Ibu..
Ketika engkau mengeluh karena sakit, aku pun juga merasakan sakit. Tapi tanganku tak bisa berbuat lebih.. teringat ketika waktu kecil, saat aku sakit. Engkau pontang panting, mencari obat kesana dan kesini. Hanya demi kesembuhanku.. Ibu, aku ingin berlari kepangkuanmu. Memelukmu dengan kasih, merayumu dengan kalimat manja dan mendekapmu lebih dekat lagi.

Saat aku mulai jenuh dengan keadaan yang terkadang menghimpit di dada, langkah untuk mencapai impianku semakin surut dan imajinku tentang cita-cita sudah pudar. Engkau mendatangiku, duduk disampingku, memelukku, kemudian membisikku. “Nak, Raih impianmu, jangan pernah menyerah. Doaku selalu menyertaimu”.. kemudian aku memelukmu ibu, sangat erat. Lalu, aku menangis dipangkuanmu, menceritakan tentang masalahku hari ini..

Hari ini ibu berkata, “Nak, dadaku semakin sakit”..  tak sengaja aku mengeluarkan airmata di depanmu, Engkau melihatku menangis. Ibu, aku tak sanggup mendengarmu kesakitan. Ibu, aku ingin suatu saat nanti, Ibu dan Ayah melihat kesuksesanku, melihatku menikah, melihat anak-anakku besar, cucu ayah dan ibu. Tunggu saja ibu, waktu itu akan benar-benar tiba. Sabar menunggu ibu, anandamu sekarang sedang berusaha mencapai kesuksesan itu. Tenang saja ibu.. ayah, kalian akan tersenyum bangga, dan berkata kepada semua orang-orang  dengan bangga “Dia Anankku”.. Sabar saja Ibu.. Ayah.. Sabar. Doakan Anandamu ini..

Ayah..
Semakin hari, ayah kelihatan sangat kurus. Apa karena mencari uang untuk menafkahi aku dan saudara-saudaraku?? Ayah..  tubuhmu semakin menipis. Sekarang pun, rambutmu berubah menjadi putih. Ayah.. berhentilah, istirahatlah di rumah, menemani ibu. Biar anandamu ini yang menggantikanmu. Tapi katamu “Aku masih kecil”.. Ayah, usiaku sudah layak dikatakan dewasa. Biar aku belajar menapaki hidup yang katamu penuh arus dan ombak.

Sudah Ayah, aku katakan “Aku bisa melewatinya”, doakan saja anandamu ini. Istirahatlah dirumah, menamani ibu.

Ayah, engkau sering menasihatiku untuk menjadi orang yang kuat. Aku tumbuh dengan nasihatmu, sudah terpatok disini.
Aku pernah mendengarmu batuk, ketika aku bertanya ‘Kenapa dengan ayah, apa ayah sedang sakit?’, dan ayah hanya menjawab “Tidak kenapa2 nak”.
Ayah.. aku tau, engkau menyembunyikan sakitmu dari penglihatan dan pendengaranku. Engkau tidak mau kan, jika melihatku sedih. Ayah, ceritakan saja apa yang engkau rasakan.

Ayah.. selalu memberiku semangat ketika imanku mulai goyah karena masalah hidup yang menghampiri. Engkau menasihatiku dengan lembut dan bijak.. dari kecil, ayah mendidikku menjadi manusia yang sebenar-benarnya, manusia yang dirindukan oleh orang-orang.  Aku ingin seperti ayah.. mengikuti cara berjalan ayah, mencontohi semangat hidup ayah, kerja keras ayah dan semua yang ada pada diri ayah..

Ayah.. Ibu..
Kalian sepasang bidadari yang dikirimkan Allah untukku, menuntun jalanku, menegurku ketika langkah kakiku mulai tak sesuai ajaran-Nya. Dengan bijak, kalian menasihatiku tanpa membuat hatiku luka. Ayah.. ibu.. tolong katakan apa saja, yang kalian inginkan dariku?? Apa saja..

Ayah.. Ibu.. Aku rindu kalian, rindu dengan kemanjaan yang selalu kubuat-buat di depan kalian. Tapi sekarang aku sudah besar, adik-adikku pun sudah mulai beranjak dewasa. Aku ingin menangis cengeng di depan kalian.. tapi aku sadar usiaku sudah mulai bertambah, tak sama lagi waktu aku masih sering digendong oleh kalian.


Salam Rindu dari Anandamu untuk Sepasang Bidadari.. Ayah ~ Ibu
kalian semangat hidupku..

Jomblo ~Nikah = Trending Topik

10.39 Posted by Harna Nawir No comments
Always.. Always and Always
Berbicara tentang pernikahan, takkan pernah ada  habisnya. Selalu saja ceritanya jadi panjang, entah pembicaraannya mulai dari hal-hal yang sepele pasti ujung-ujungnya tentang nikah lagi. Benar nggak?? Bahkan, sekarang mulai bermunculan pakar-pakar cinta di dunia maya. Membahas tentang jomblo, bagaimana menjadi jomblo mulia hingga sampai ke jenjang pernikahan. Pasti semua sudah pernah baca kan??

Proud sih buat mereka yang ingin menjadi inpirator buat para pemuda dan pemudi yang sekarang lagi dimadu asmara. Membuat perubahan dan mengispirasi banyak orang, meski lewat dunia maya. Entah twitter, facebook ataupun blog dan bahan bacaan lainnya.

Pertanyaannya, kok semua pada semangat yah klw bahas tentang jodoh/nikah??
Nikah itu ibarat sebuah kado istimewa dari Allah SWT yang ditunggu-tunggu oleh para jombloers.. Ayo ngaku?? Hehehe..

Jodoh itu misterius.. ada sebuah kisah nyata dari teman saya.
Sebut saja Rini, dia pernah pacaran selama 9 tahun. Bukan waku yang singkat kan? Nah, orang tua mereka sudah saling kenal bahkan tidak hanya sesekali mereka merencanakan untuk menikah. Tapi karena mereka masih kuliah, jadi pernikahannya ditunda dulu dengan alasan si cowok belum mapan. Alasan klasik.. hari berganti hari dan tahun berganti tahun, hubungan mereka semakin deket. Tapi takdir berkata lain, belum selesai kuliah si cewek udah dilamar. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya si cewek menerima lamaran dari orang itu. Hubungan yang dibina selama 9 tahun, selasai begitu saja. Musnah.. hancur..

Kisahnya pun sudah tutup buku. Akhirnya cewek itu menikah dengan cowok yang datang melamar itu..
Rini pernah cerita, suaminya itu adalah salah satu temannya yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri dan dia tidak pernah menyangka bakal berjodoh dengan orang itu. Jodoh datanganya tidak disangka-sangaka, hanya Allah yang tau. Siapa tau jodoh anda teman TK, teman SD, tetangga, teman SMP, SMA atau teman kuliah anda?? Hanya Allah yang tau.. atau keluarga anda sendiri?? :D
Mereka pun bahagia hidup bahagia, meski tidak pernah pacaran sebelumnya. Pernah suatu hari, saya bertanya dengan Rini. “Rin, enak yah udah nikah??” Dia menjawab dengan seulas senyum malu “Nikmat, cepetan nyusul yah”, kemudian dia memegang pundakku dan berkata “jika saya tau sebelumnya, bahwa nikah senikmat ini, saya tidak akan pernah pacaran. Saya nyesel udah pernah pacaran”.. dan saya menjawab “Makanya saya tidak ingin pacaran”..

Nah, bagaimana pemirsa? Sebenarx apa untungnya sih pacaran? Mending jadi jomblo mulia.. terhormat sepanjang masa.. tapi jangan jomblo seumur hidup yah, RUGI. Hhehe
Pacaran bertahun-tahun, katanya sebagai ajang perkenalan. Bahkan ada yang tidak mau pacaran, tapi ta’aruf. Ta’rufnya bertahun-tahun. Aduh, mas bro dan mba bro, perbanyak baca buku tentang ta’aruf yah. Kasihan, pahamnya dangkal.

Pernikahan selalu menjadi makanan empuk dikalangan pemuda dan pemudi yang sedang mencari pendamping hidup. Wajar-wajar saja, selama masih dalam taraf kenormalan saja.

“Nikah itu berkah” kata orang-orang yang udah nikah..
Memang  benar yah?? Hhehe..

STOP Pacaran, jadi jomblo saja. Nggak perlu malu jadi jomblo, justru bangga donk jadi jomblo. Mempertahankan kehormatan dan menjauhi kemaksiatan.. Yang masih pacaran, pada mikir nih.
Udah.. ga usah mikir panjang. Putusin aja, detik ini. Saya bantu deh, tapi lewat doa saja yah. :D
Supaya kuantitas jomblo semakin bertambah.. cari teman ceritanya. Hhehe

Pernah perhatikan tidak di dunia maya, misalnya saja ditwitter kalau ada tweet tentang jodoh. Pasti yang RT, buanyyak banget. Apalagi di FB, yang koment membludak dibanding status selain jodoh. Memang trending topik yah..

Mending begitu , melampiaskan isi hati lewat status dan tweet2. Daripada pelampiasannya yang aneh-aneh, pacaran misalnya. Statusnya juga bisa menginsipirasi untuk para jomblo2 yang lain. Bagaimana membingkai cinta itu dengan halal, kalau belum bisa nikah. Mending diem aja, cinta dalam diam. Pendam di hati.. atau curhat sama Allah. InsyaAllah akan bernilai ibadah.. 


Jumat, 19 Juli 2013

Sebuah kata "CINTA"

23.53 Posted by Harna Nawir No comments
“ Jangan kau kira cinta datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah putra dari kecocokan jiwa. Dan jikalau itu tiada, cinta takkan pernah tercipta dalam
hitungan tahun bahkan millenia”
-Kahlil Gibran-

Begitulah cinta, takkan datang dari pendekatan yang tekun. Kalimat itu diuntaikan oleh kahlil Gibran, seorang pujangga yang terkenal mahsyur dengan kalimat cintanya. Jika ditelaah dengan hati dan pikiran memang benar, berbicara tentang cinta berbicara mengenai kecocokan dua jiwa, yang saling terpaut karena ada chemistry diantara keduanya.

Cinta, sebuah kata yang sederhana. Tapi sarat akan makna, penuh khidmat. Jiwa yang merasakannya akan merasa nyaman. Cinta datang dengan menawarkan ketentraman dan kesejukan bagi si empunya, memadamkan amarah dan menyurutkan kecewa.  Ia seperti langkah awal untuk membangun sebuah istana di singgasana hati.

Sepasang suami istri hubungannya akan langgeng jika cinta itu selalu bersemayam di hati mereka. Pertanyaannya, bagaimana jika cinta itu ada dan belum ada ikatan yang sah? Maka aku jawab, cinta adalah anugrah. Siapa saja bisa merasakannya, tapi jika belum halal, cukup dalam diam saja.

Berdoa “Ya Allah, jika dia terbaik bagi agamaku, duniaku dan akhiratku. Tolong pertemukan kami dalam bingkai yang halal. Tapi jika dia orang yang bakal meruntuhkan agamaku dan menyengsarakan akhiratku, tolong jauhkan hamba dengan cara-Mu”


Setiap insan, menginginkan jodonya adalah orang yang dicintainya, tapi bagaimana kalau bukan orang yang kita cintai jodoh kita? Bagaimana jika jodoh kita, orang baru dalam kehidupan kita? Ingat, cinta tidak datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun, Cinta adalah putra dari kecocokan jiwa. Allah telah mencocokan jiwamu dengan jodohmu itu, percayalah. Allah Tau yang terbaik untuk hamba-Nya.. 

Bahkan Bidadari cemburu Padamu

23.23 Posted by Harna Nawir No comments
Bahkan bidadari cemburu padamu. Kok bisa? Bagaimana caranya? Apa mungkin? Pertanyaan seperti itu sering kali menggerogoti pikiran, bertanya dengan penuh keraguan. Tidak masalah, itu sah-sah saja. Sebagai muslimah yang penuh dengan rasa keingintahuan, tapi ada baiknya keingintahuan itu disertai dengan usaha untuk menjadi tahu. Sekarang, kuantitas wanita jauh lebih banyak dibanding pria, tapi apakah semua kaum wanita itu tahu bahwa dirinya sangatlah istimewa bukan kaum yang termarginalkan.

Oke.. kembali ke topik pembahasan. Bahkan bidadari cemburu padamu...

Dari ummu Salamah radhiyallahu’anha, ia berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, kaum wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Rasulullah menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak
Saya bertanya “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau Menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya,” (HR. Ath-Thabrani)

Saudariku, kita punya peluang yang terbuka lebar untuk membuat para bidadari surga cemburu dengan kita. Cemburu dengan amalan kita, cemburu dengan iman dan takwa kita yang tak pernah surut. Lalu, apa yang membuatmu masih ragu? Bukankah, sudah nyata bahwa kaum kita lebih mulia..
Lalu, kenapa masih diam saja. Tak melakukan apapun, apa kalian ingin seperti itu selamanya. Jauh dari-Nya dan  tak pernah melantunkan dizikir untuk-Nya.. Apa kalian ingin seperti itu? Renungilah saudariku.. pikirkan baik-baik.

Gunakan hijab syar’i, anggunkan akhlakmu, perbanyak amalanmu, dan tinggikan iman dan takwamu. Agar bidadari surga itu cemburu.. sebenarnya Apa yang menghalangi gerakmu?
Apakah kamu takut dikucilkan karena hijabmu, takut tak dianggap gaul, takut sulit mendapatkan jodoh, takut dikatakan ketinggalan zaman. Takut ini dan takut itu..

Jangan karena ketakutan semu itu, membuat kita jauh dari kategori muslimah sholehah. Ketahuilah, bahwa ketakutan-ketakutan seperi itu hanya akan melemahkan iman, menjauhkan diri dari hidayah-Nya.


Go action.. nggak perlu berpikir aneh-aneh, raih gelar sebagai muslimah sholehah. Cara kita membuat bidadari cemburu adalah dengan mengabdikan sisa hidup kita sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Allah dan Rasulullah SAW. 


Harapan

22.10 Posted by Harna Nawir No comments
Indah senja mulai terpancar, menerawang jauh hingga hati pun ikut berwarna.
Aku tau ini ciptaan-Mu dan aku mengaguminya.  
Semburat cahaya membias merah, tersenyum menawan mengulur cinta.
Senja cerah jatuh di pantai, nan indah.
Sebilah harap ada di sudut sana, berharap kasih datang menjemput indah di sanubari.
Mereguk persoalan di cekung-cekung hati, menyapu bersih masalah yang terhempit di dada.

Harapan yang tak kunjung usai
Masih utuh dan tak tersentuh dengan keputusasaan
Berdiri kokoh.. menanti nyata kan menyapa
Membasuh wajah yang semakin hari semakin cekung
Mengusap mata yang mulai berkaca
Menegakkan kembali kedua kaki yang mulai lumpuh
Menguatkan tangan untuk meraih harap yang nyaris menjadi nyata

Ini sebuah harap
Sebuah kekuatan yang maha dahsyat
Menembus ruang logika
Keyakinan kepada Allah tak membuat jera untuk berharap
Suatu saat nanti, masalah  kan terganti dengan tawa.
Harap kan terganti dengan nyata.




Dedicated For Maman

11.44 Posted by Harna Nawir No comments
Sebenarnya, sudah dari dulu saya ingin menuliskan biografi tentang manusia yang satu ini. hmm... bukan biografi sih, lebih tepatnya cerita tentang dia. Jreng.. jrengg.. penasaran kan!!!  Orangnya sih biasa saja, bahkan jika dilihat dari fisik, ga ada nilai plusnya. Hehhe.. #Pissmament

Ohh. .. Lupa, dia sedikit manis kok. Aduh, tapi sayang itu tinggi badan harus ditambah lagi yah. Kan cowok, jadi harus lebih tinggi. 

Pertama ketemu, di kantor PPPA Daarul Qur’an Makassar. Pertama kali saya menginjakkan kaki disana, berkenalan dengan orang-orang disana dan salah satunya adek maman. Waktu awal kenalan, aku kira dia masih anak SMP. Sumpah, serius!! Ternyata sudah kuliah, angkatan 2011. Wah.. wah.. ternyata face bisa menipu yah.

Teman-teman disana suka manggil dia ManjaddaWajada, aku kan yang masih baru-barunya bingung kok dia dipanggil manjaddawajada yah.. seiring berjalannya waktu, hari berganti hari. Aku mulai kenal dengan dia, salah satu adek favorit aku di Di PPPA Daqu Makassar. Dia suka bantuin kerjaan saya, sedikit meringankan beban sebagai sekretaris panitia saat itu.

Akhinya, aku bertanya kepada salah satu teman, kok maman sering dipanggil manjaddawajada yah? Dengan muka penasaran nih ceritanya... dan ternyata maman itu admin dari akun besar @manjaddawajada ditwitter dan sudah ada bukunya pula, karyanya sendiri. Yang judulnya “Aku Jomblo untuk Sang Jodoh”, buku ini recommended deh, buar para jomblowan sejagad raya, se Indonesia.
Siapa yang ga heran, seorang anak kecil sudah punya buku sendiri. Wah.. impian aku tuh. Proud Of U.. 


Ayoo.. tebak, kira2 itu foto siapa yah??

Kayak cewek yah.. itu foto kecilnya @akhi_Rahman (Sapaan ditwiiter). Hihihi.. lucukan?? Foto itu, aku ambil waktu nginap di rumahnya yang super duper jauh, penuh perjuangan dan penuh laka-liku. 
Aku japret aja tuh foto yang terpampan nyata di ruang tamunya. 


Wah.. kalau ini sih versi yang sekarang. Gimana pendapat kalian??? Cakepkan..

Ukuran tubuhnya, boleh saja kecil tapi visinya luar biasa bessaarrrr. 
Dengan label “Presiden Manjaddawajada” dia membawahi beberapa jenderal di seluruh Indonesia. Umurnya dibawah saya, tapi kualitas otaknya ga perlu dipertanyakan lagi.

Seorang pemuda yang memiliki visi dan misi untuk Islam, demi jalannya dakwah. Seorang pemuda yang visioner, mandiri, memiliki integritas yang tinggi. Mampu beradaptasi dengan siapa saja, membawa diri dengan suasana yang dihadapainya. Sekali lagi "Proud Of U"


Selain itu, dia juga seorang insiprator #JOSS. Menginsiprasi para pemuda, agar mampu menempatkan cinta sesuai dengan tempat dan porsinya. Dia bahkan pernah membawakan materi Anti Virus Galau di Jakarta. Keren kan...

Mudah-mudahan, apa yang maman capai saat ini takkan membuat dirimu berhenti untuk selalu dan selalu belajar. Menciptakan ide-ide yang dapat menginspirasi banyak orang. Membuat orang tuamu menangis karena haru dan bangga atas prestasimu. Go success, Go istiqomah..


Apa Kabar Novelku??

10.11 Posted by Harna Nawir No comments
Bagaimana kabarmu? Apa ceritamu sudah usai..
Apa ceritamu sudah sempurna..
Aku sibuk, hingga tak ada waktu lagi untuk melanjutkan kisahmu.
Komitmen yang sudah kita buat, sudah teringkari.
Waktu perjanjianpun  sudah terlewati.
Sudah 2 bulan.
Akkhhh.. aku terlalu sibuk dengan ini dan itu.

Aku masih ingin mencari ide cerita, untuk melanjutkan kisahmu.
Tenang saja,  kau adalah salah satu inginku saat ini.
Tenang saja, karena ceritamu akan sesempurna penantianmu.
Tenang saja, jika aku sudah tidak sibuk lagi, aku pasti akan melirikmu kembali.
Aku lupa, sudah sampai mana aku menuai cerita di dalam lembaranmu
Apa sudah sampai 50 halaman, 100 halaman??
Aku benar-benar lupa.


Ungkapan Rasa

10.02 Posted by Harna Nawir No comments
Cahaya siang tak terlihat lagi
Sudah tereguk, tak tersisa sedikit pun dimakan oleh sang Raja gelap.
Sudah malam ternyata
Mata masih saja seperti siang tadi
Hati pun masih seperti siang tadi

Kecewa.. ingin berteriak.
Tapi apa tak mengganggu orang-orang yang sudah terlelap.
Ah.. ini rasa yang hanya hinggap di hati.
Yah.. harap hanya sementara

Aku ingin marah, tapi lidah ini kaku.
Diam adalah senjata terampuh saat ini.
Tapi, apa harus selalu seperti ini?
Ini hati, seiring waktu kan luka.
Mereguk hingga ke cekung-cekung paling terdalam

Sebesar apapun kemarahan, kekecewaan dan kegundahan
Tak kan bisa membuatnya sadar, masih saja selalu seperti itu.
Dia benar-benar tak menyadari, hati ini luka akannya.
Aku ingin bercerita kepada Sang Pemilik Siang dan Malam
Menceritakan keluh kesahku tentang kecewa dan amarah yang semakin memuncak ini.
Bercerita tentang, bagaimana aku bertahan.
Bagaimana besar kecewa disini
Bagimana peluh dan sakit yang selalu tergoreskan
Bagaimana air mata yang selalu tak tertahankan
Bagaimana tentang kesedihan di dalam dada yang selalu ingin mencoba menjelma menjadi dendam
Astagfirullah.. Astagfirullah... 
Aku ingin menceritakan semuanya
Semuanya... 
Tak menyisakan cerita sedikitpun
Hingga amarah dalam hati terpadamkan
Ini hanya sebuah untain doa dipenghujung malam
Dari seseorang yang selalu ingin mencoba untuk tegar