Family oriented and education oriented

Senin, 22 Juli 2013

Hari ini, Aku di Khitbah

13.06 Posted by Harna Nawir 2 comments
Pesan itu, memecahkan ketenangan malam ini. Bak, angin kencang yang tiba-tiba terhembus di kesunyian malam. Merasuk hingga ke alam bawah sadarku. Membongkar kembali ketenangan yang sudah tercipta, menggoyahkan rasa yang ada disini.

Ukh, aku baru mengenalmu dan hati ini ingin menyempurnakan separuh dienku denganmu. Aku ingin melamarmu, mendatangi orang tuamu dan meminta izinnya untuk meminangmu. Maaf ukh, atas kelancanganku”..

Sejenak kualihkan pandaganku dari pesan singkat itu. Ini bukan pertama kalinya, sebelumnya sudah ada beberapa ikhwan yang ingin mengkhitbah tapi aku acuhkan begitu saja. Tapi kali ini, benar-benar membuat saya berpikir, bagaimana saya menolaknya? Dengan alasan apa? Dia seorang ikhwan yang taat.. dengan agamanya dia bisa membimbingku ke jannah-Nya. Seharusnya, sekarang aku bahagia.. 
Tapi.. ta.. ta...taaa.. 
Lidahku kaku, tubuhku tiba-tiba layu, penglihatanku tiba-tiba jadi samar. Badanku sulit untuk digerakkan butuh asupan energi. Kenapa  tiba-tiba ragu? Bukankah, ini yang aku inginkan. Ikhwan yang agamanya bagus dan hidupnya mapan. Bukankan ini yang aku inginkan selama ini?? Aku membisikkan kalimat itu, mempertanyakan keinginanku yang sudah jauh hari terbangun.

Ya Allah.. kali ini aku benar-benar diselimuti keraguan.
Kembali kubaca pesan singkat itu, ini benar-benar nyata. Dia mengkhitbahku dan bahkan dia ingin melamarku. Lalu, bagaimana dengan perasaanku? Apa harus kukorbankan..
Bagaimana aku menjawab permintaan itu. Sunggu sangat sulit mengambil keputusan itu, mungkin permintaan itu tidak dapat kupenuhi. Tapi, bukankah ini yang aku inginkan.
Akkhhh.. aku butuh petunjuk-Mu. Sunyi mulai menepi, sebagai aba-aba bahwa aku siap menjawab pertanyaan itu. Gemersik dedaunan sudah tak terdengar lagi, mungkin saatnya aku menjawab tapi dengan menjawab apa, caranya bagaimana??
Aku memberanikan diri menjawab dari pesan singkat itu..

“Afwan akh, bukannya aku tidak menginginkan akhi menjadi pendamping hidupku, tapi karena sesuatu dan lain hal sehingga aku tidak bisa menerima permintaan itu akh. Maaf yang sebesar-besarnya, semoga Allah menuntun langkah akhi, untuk menemukan tulang rusuk akhi’.

Aku menolaknya, lagi dan lagi. Lalu pendamping yang bagaimana yang aku inginkan? Apa karena perasaanku dengan seorang ikhwan yang kukenal itu membuat egoku semakin besar. Aku terlalu mengutamakan perasaanku..
Tapi ikhwan itu, tak pernah ada kabarnya. Kepastian yang kuharapkan tak kunjung datang. Ini hanya harapan semu..

Perisai-perisai yang kubangun selama bertahun-tahun kian pecah, membongkar sebongkah rindu yang selama ini tercipta. Apa ini dosa?? Aku menolak ikhwan yang datang dengan tulus demi perasaanku untuk seseorang itu. Aku egois..
Lalu, apa yang harus kulakukan? Apa aku harus melepaskan harap ini.. tidak, aku tidak sanggup. Lalu? Logika ku dan hatiku selalu saja berdebat.. yang mana harus kudengarkan??

Disini ada rindu, tepat  di atas ulu hatiku yang telah lama terpatok memendam rindu. Rindu untuk bersatu yang tak pernah berani ku tawarkan padamu. Bahkan, menyapamu pun aku tak berani. Apa sudah saatnya, aku padamkan rasa itu? Mungkin sudah saatnya, cinta itu kutawarkan kepada ikhwan yang lain.

Tapi, aku sudah menolak ikhwan yang mengkhitbahku hari ini. Mungkin terlalu cepat aku menjawab permintaan itu. Kita belum berjodoh akh’.. semoga engkau dipertemukan dengan wanita yang lebih baik.. 



2 komentar: