Family oriented and education oriented

Senin, 29 November 2010

PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG DIABETES MELLITUS PADA PENDUDUK DESA BULAN WONOSARI KLATEN

08.35 Posted by Harna Nawir No comments
N.Juni Triastuti dan Iin Novita Mahmudah
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta


ABSTRACT
Achievement of knowledge about diabetes mellitus not properly done well by paramedic or health institution because of not includes infection disease. The effort to achieve knowledge about diabetes mellitus will prevent people suffer from this disease and prevent the complication caused by this disease. The society of Bulan village never was educated knowledge about diabetes mellitus from paramedic. Therefore still needed achievement knowledge about diabetes mellitus. At this beginning of this activity, participant given the questioner about basic knowledge about diabetes mellitus. Then participant given education about diabetes mellitus further including definition, symptom, examination, complication, therapeutic, prevention. And then the last question given to the participant therefore we could see the knowledge achievement from the score. The result of this activity is that paramedic and the society give a lot of attention to understand explanation about diabetes mellitus
Kata kunci: pengetahuan, diabetes mellitus.


PENDAHULUAN
Istilah Diabetes mellitus masih kurang familiar di masyarakat kita karena memang penyakit ini bukan merupakan penyakit menular dan karena memang masyarakat jarang mengetahui bahwa diri mereka mempunyai resiko menderita penyakit diabetes mellitus. Biasanya masyarakat baru mengetahui menderita penyakit diabetes mellitus secara kebetulan waktu mereka mondok dirumah sakit dan dilakukan pemeriksaan darah. Faktor pengetahuan penderita dan keluarga yang kurang tentang tanda, gejala, pemeriksaan, komplikasi, tindak lanjut dan perawatan, serta pencegahan penyakit menyebabkan semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun.Menurut Notoatmodjo (1993) metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Ceramah dapat berhasil dengan baik apabila penceramah
menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi, mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya, makalah singkat, transparan , sound system dan lain sebagainya. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembanga penuh secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai oleh hiperglikemia puasa, aterosklerotik, mikroangiopati, dan neuropati.Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya.(Sylvia Anderson Price and Lorraine McCarty, 1995)
Faktor resiko diabetes mellitus adalah kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga diabetes mellitus, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4.000 gram, riwayat diabetes mellitus pada kehamilan, dislipedemia (Arif Mansjoer, 2001) Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu, banyak minum, banyak kencing, dan berat badan turun.Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. (Slamet Suyono, 1995) Komplikasi diabetes mellitus adalah gangguan pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.(Slamet Suyono, 1995)
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. (Perkeni, 1998). Tujuan pengabdian ini secara umumnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan penduduk mengenai penyakit diabetes mellitus. Sedangkan tujuan khususnys, setelah pemberian pengetahuan diharapkan penduduk dapat memiliki pengetahuan mengenai penyakit diabetes mellitus, factor
resiko, serta komplikasinya, memiliki sikap dan pola hidup yang sehat untuk mencegah diabetes mellitus dan menghindari komplikasinya. Manfaat kegiatan pengabdian ini adalah yang pertama penduduk mendapatkan pengetahuan mengenai penyakit diabetes mellitus dapat memahami, serta dapat memberikan informasi yang benar kepada keluarga dan masyarakat tentang penyakit diabetes mellitus dan factor resikonya. Yang kedua diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit diabetes mellitus dan menjaga keseimbangan antara pola makan dan olah raga dan mencegah timbulnya komplikasi akibat penyakit diabetes mellitus.

METODE KEGIATAN
Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah tatap muka/ceramah kepada penduduk desa Bulan, Wonosari, Klaten. Pengabdian Masyarakat ini telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2008 dimulai dari pukul 09.00-12.30. Sebelum diadakan ceramah/penyuluhan tentang diabetes mellitus para peserta diberikan lembar pretes mengenai penyakit diabetes mellitus kemudian para peserta dipersilakan mengerjakan dulu soal pretes tentang pengetahuan dasar peserta, pengetahuan khusus tentang diabetes mellitus, dan sikap peserta berhubungan dengan diabetes mellitus. Kemudian setelah selesai jawaban dikumpulkan baru dimulai kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai seputar penyakit diabetes mellitus. Setelah selesai para peserta diberikan lembar soal postes yang sama untuk diisi setelah mereka
mendapatkan penjelasan tentang diabetes mellitus.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kegiatan peningkatan pengetahuan tentang diabetes mellitus pada penduduk desa Bulan, Wonosari, Klaten dapat dilihat adanya peningkatan pengetahuan , sikap dan kecenderungan berperilaku karyawan dan perawat. Alat ukur yang berupa 4 pertanyaan karakteristik penduduk dan dasar pengetahuan awal dengan rentang nilai 0-1, 10 pertanyaan pengetahuan mengenai diabetes mellitus dengan pilihan benar nilainya 1 dan salah nilainya 0. Pertanyaan mengenai sikap berjumlah 10, dengan rentang nilai 0-1. Evaluasi terhadap kegiatan secara objektif dapat dilihat dari peningkatan nilai pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku yang diukur sebelum (pretes) dan postes(sesudah). Pretes dilakukan sebelum acara penyuluhan/penyampaian materi dan sesudah acara penyampaian materi serta diskusi selesai baru diakhir acara dilakukan postes.

Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini didapatkan bahwa nilai postes tentang pengetahuan dasar sebanyak 100%, sedangkan nilai pengetahuan tentang diabetes mellitus sebanyak 79%, dan nilai sikap menunjukkan 100%. Nilai rata-rata pengetahuan dasar dari 12 peserta penyuluhan adalah sebesar 1,41. Pada saat pretes , peserta penyuluhan banyak yang memberikan jawaban bernilai rendah pada pertanyaan no. 2 tentang pengetahuan istilah diabetes mellitus, pertanyaan no. 3
bahwa hampir semua peserta belum pernah mendapatkan informasi tentang diabetes mellitus, dan pertanyaan no. 4 dimana kebanyakan peserta tidak pernah dan tidak mengerti tentang informasi tentang diabetes mellitus dari media manapun. Dan setelah mendapatkan penyuluhan tentang diabetes mellitus ini maka terdapat peningkatan ratarata nilai pengetahuan dasar dari 1,41 menjadi 4. Peningkatan sebesar 2,69 dikarenakan peserta sudah memiliki tambahan pengetahuan dasar tentang diabetes mellitus.
Nilai rata-rata pengetahuan dari 12 peserta penyuluhan tentang diabetes mellitus adalah sebesar 9. Pada saat pretes , peserta penyuluhan banyak yang memberikan jawaban salah pada pertanyaan pengetahuan, Nilai Pretes Pengetahuan Nilai Postes Nilai Pengetahuan dasar Nilai Pengetahuan Nilai Sikap antara lain ; no. 3 bahwa factor resiko terkena diabetes mellitus adalah obesitas (kegemukan), no. 10 bahwa penyakit diabetes mellitus dapat dicegah, pertanyaan no. 12 bahwa kegemukan berhubungan dengan beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, no.13 bahwa pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet, no. 14 bahwa seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur, dan pertanyaan no. 15 bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan. Setelah dilakukan penyuluhan mengenai diabetes mellitus maka terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan dari 9 menjadi 11,91. Peningkatan sebesar 2,91 dikarenakan peserta telah mengerti lebih jelas mengenai pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan mengenai diabetes mellitus. Nilai rata-rata sikap dari 12 peserta penyuluhan tentang diabetes mellitus adalah sebesar 6,66. Pada saat pretes, 12 peserta kebanyakan memberikan jawaban yang bernilai rendah pada pertanyaan sikap pada pertanyaan sikap, antara lain; no. 1 Penyakit diabetes mellitus dapat terjadi pada orang usia diatas 40 th sehingga bila usia sudah mendekati 40 th sebaiknya kita berhati-hati untuk selalu hidup sehat, no.3 bahwa dengan mengetahua adanya penyakit diabetes mellitus kita menjadi semakin takut dan cemas yang berlebihan, no. 6 bahwa secara rutin minimal 6 bulan sekali memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan meskipun tidak merasa sakit, no.7 bahwa saya menjadi takut dan malu bila memeriksakan kondisi kesehatan dan berkonsultasi dengan
dokter tentang kesehatan, no. 9 bahwa sangatlah perlu untuk melakukan perawatan pada luka pada penderita diabetes mellitus. Setelah dilakukan penyuluhan tentang diabetes mellitus maka terdapat peningkatan rata-rata nilai sikap dari 6,66 menjadi 10. Peningkatan se-besar 3,33 dikarenakan peserta telah mengerti lebih jelas mengenai pentingnya sikap hidup sehat setelah dilakukan penyuluhan tentang diabetes mellitus.

SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Penyuluhan mengenai penyakit diabetes mellitus dapt meningkatkan pengetahuan dan sikap penduduk menuju kearah sikap hidup sehat. Kegiatan pengabdian tentang penyuluhan pendidikan kesehatan dengan topic diabetes mellitus ini merupakan bentuk sumbangsih kepada masyarakat dalam rangka mengsosialisasikan mengenai penyakit diabetes mellitus. Sehingga masyarakat mengetahui dan akhirnya bisa merubah sikap kearah hidup sehat menghindari terkenanya diabetes mellitus dan mencegah komplikasinya.
b. Saran
Kegiatan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan mengenai diabetes mellitus perlu sering dilakukan Kegiatan pengabdian ini perlu ditindak lanjuti dengan pembinaan dan pengawasan kesehatan berkala bagi penduduk yang menderita penyakit diabetes mellitus.

PERSANTUNAN
Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan beberapa pihak, Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Rektor melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat yang telah membiayai sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran yang ikut memperlancar kegiatan ini. Ucapan terima kasih pula kami sampaikan kepada Bapak Kepala Desa Bulan, Wonosari, Klaten beserta stafnya yang telah memberikan ijin lokasi bagi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, serta semua penduduk desa Bulan yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mendukung kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, S. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 1998. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta
Slamet Suyono. 1995. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sylvia, Lorraine. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.

DIET RENDAH PROTEIN DAN PENGGUNAAN PROTEIN NABATI PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK

07.58 Posted by Harna Nawir No comments
Triyani Kresnawan*, HMS Markun**
*Ahli Gizi Instalasi Gizi RSCM Jakarta
**Divisi Ginjal Hipertensi Bag. Penyakit Dalam FKUI-RSCM


PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis. Umumnya pasien diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan medikamentosa dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami pasien PGK. Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang. Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.
Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium IV dengan TKK < 25 ml/mt pada dasarnya mencoba memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang beban kerja nephron dan menurunkan kadar ureum darah. Standar diet pada Penyakit Ginjal Kronik Pre Dialisis dengan terapi konservatif adalah sebagai berikut:
1. Syarat Dalam Menyusun Diet
Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30 kkal/kg BB, dengan
ketentuan dan komposisi sebagai berikut: Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori, Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,6, g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75, g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini , biasa disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi, tinggi/hewani hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %. Saat ini protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu, Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 % diutamakan lemak tidak jenuh. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari ditambah IWL ± 500 ml, Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari, Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari, Fosfor yang dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari dan Kalsium 1400-1600 mg/hari.

2. Bahan Makanan yang Dianjurkan
Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula. Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam. Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani, Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap diperhitungkan. Beberapa kebaikan dan kelemahan sumber protein nabati untuk pasien penyakit ginjal kronik akan dibahas. Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine rendah garam, mentega. Sumber Vitamin dan Mineral, Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hipekalemi perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail buah.


3. Bahan Makanan yang Dihindari
Sumber Vitamin dan Mineral, Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian, dan nangka. Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.


PEMBAHASAN
Sumber Protein Pada Penyakit Ginjal Kronik
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteos berarti yang utama atau didahulukan. Jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien PGK pre dialisis dalam bentuk diet Rendah Protein sangat penting untuk diperhatikan karena protein berguna untuk mengganti jaringan yang rusak, membuat zat antibodi, enzim dan hormon, menjaga keseimbangan asam basa, air, elektrolit, serta menyumbang sejumlah energi tubuh. Protein dibuat dari 20 asam amino penyusun protein, 11 diantaranya dapat disintesis oleh tubuh, dan 9 sisanya disebut asam amino esensial yang diperoleh dari bahan makanan, yaitu Leusin, Isoleusin, Valin, Triptofan, Fenilalanin, Metionin, Treonin, Lisin dan Histidin. Dari asam amino, 8 diantaranya dibutuhkan oleh orang dewasa, sedangkan Histidin dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Bahan makanan yang mengandung semua asam amino disebut lengkap protein, seperti telur, daging, ikan, susu, unggas, keju. Oleh karena itu, protein hewani biasa disebut sebagai protein bernilai biologi tinggi. Bahan makanan nabati, misalnya beras dan kacang-kacangan, mengandung asam amino esensial yang terbatas atau tidak lengkap. Oleh karena itu, dikatakan mengandung protein bernilai biologi rendah.
Kedelai dan hasil olahannya, yaitu tempe, tahu dan susu kedelai, mengandung asam amino esensial walaupun ada 1 asam amino yang kurang, terbatas fungsinya hanya untuk pemeliharaan, tidak untuk pertumbuhan (Limiting Amino Acid) yaitu metionin. Demikian pula asam amino esensial lisin kurang pada beras dan triptopan kurang pada jagung, akan tetapi apabila bahan makanan yang mengandung asam amino terbatas dikonsumsi secara bersamaan dalam hidangan sehari-hari, dapat saling melengkapi kekurangan dalam asam amino esensial. Sebagai contoh, nasi yang terbatas lisin dimakan bersamaan dengan tempe yang terbatas pada metionin didapatkan campuran yang memungkinkan saling melengkapi dalam asam aminonya untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Metode penilaian kualitas protein dahulu menggunakan Protein Efficiency Ratio (PER) yang berdasarkan respon pertumbuhan pada pemberian sejumlah protein. Saat ini, penilaian mutu protein digunakan Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) yang menggambarkan jumlah asam amino dari protein dan tingkat daya cernanya pada manusia. Dengan metode ini, protein kedelai mempunyai nilai yang sama dibandingkan dengan putih telur dan protein susu, kecuali asam amino methionin yang harus ditambah.
Sumber protein dari kacang-kacangan dan produk kedelai, seperti tempe, tahu, susu acang juga mengandung kalium dan fosfor yang cukup tinggi, sehingga untuk mencegah hiperkalemia dan hiperfosfatemia tetap dibutuhkan pengikat fosfor dan kalium yang adekuat. Produk kedelai cukup aman untuk selingan pengganti protein hewani sebagai variasi menu dengan jumlah sesuai anjuran. Akan tetapi tidak untuk suplemen atau tambahan sehingga melebihi kebutuhan. Susu kacang kedelai dapat pula digunakan sebagai pengganti susu sapi. Hal positif yang didapat dari protein nabati adalah mengandung phytoestrogen yang disebut isoflavon yang memberikan banyak keuntungan pada PGK.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan didapatan protein dari kedelai dapat menurunkan proteinuria, hiperfiltrasi, dan proinflamato cytokines yang diperkirakan dapat menghambat penurunan fungsi ginjal lebuh lanjut. Penelitian lain mengenai diet dengan protein nabati pada pasien PGK adalah dapat menurunkan ekresi urea, serum kolesterol total dan LDL sebagai pencegah kelainan pada jantung yang sering dialami pada pasien PGK. Pada binatang percobaan dengan penurunan fungsi ginjal yang diberi casein dibandingkan dengan protein kedelai setelah 1-3 minggu didapatkab menunda penurunan fungi ginjal lebih lanjut.

Kesimpulan:
• Terapi konservatif, yaitu diet dan obat diberikan untuk pasien PGK yang belum menjalani terapi pengganti, dimana TKK < 25 ml/mt (stasium IV PGK).
• Diet yang diberikan adalah rendah protein cukup tinggi. Caitan dan elektrolit disesuaikan dengan kondisi pasien.
• Pada Diet Rendah Protein, sumber protein sebagai lauk pauk tidak hanya bersumber dari protein hewani, dapat digunakan hasil olahan kedelai untuk pengganti protein hewani sebagai variasi menu atau untuk penganut vegetarian dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan.
• Asupan protein yang konsisten dan terkendali adalah penting.
• Mengatur makanan dan memenuhi anjuran dapat meningkatkan kualitas pasien.



Daftar Pustaka
1. Paulo Fanti, Soyfood in Chronic Renal Disease, University of Kentucky. Third
2. Annual Soyfoods Symposium Proceedings. http://www.soyfoods.com/
3. Soy & Health. Incorporating Optimal Levels of Protein in The Diet. United Soybean Board. www.talksoy.com
4. Dietary protein and chronic Kidney Disease (CKD)-Davita 2004-2007
5. Joan Brookhyser, Eating a Vegetarian Diet While Living with Kidney Disease. Vegetarian Journal 2004.
6. Nutrition and Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation, 1998-2006. www.kidney.org
7. Denise E. Fair, Malcom R.Ogbom, at all. Doetary Soy Protein Attenauates Renal Disease Proression After 1 and 3 weeks in Han: SPRD-cy Weanling Rats. Ametican Society for Nutrition Sciences. 2004
8. Bagian Gizi RSCM dan PERSAGI, Penuntun Diet, PT. Gramedia, Jakarta, 2004
9. K/DOQI, Executive Summery Clinical Practice. Guideline for Nutrition in Clinical Renal Failure Adult & Pediatric. Nutrition Kidney Foundation, USA. 2000
10. National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) Advisory Board: K/DOQI Clinical practice guideline for chronic kidney disease: evaluation, classification, and stratification. Kisney Disease Outcome Quality Initiative. Am J Kidney Dis 39 (Suppl 1): S246, 2000
11. Adamasco, et all, Vegetarian Diet Alternated with Conventional Low-Protein Diet for Patient with Chronic Renal Failure. National Kidney Fondation. 2002
12. Koople and Massry’s Nutrition Management of Renal Disease, second edition. Lippincott William & Wilkins, A Wolters Kluwers Company. 2004

Jumat, 23 Juli 2010

Otak juga perlu Nge-Gym . . .

19.37 Posted by Harna Nawir No comments
Tahukah Anda, kebanyakan orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya? Padahal, agar bisa lebih produktif, kedua belahan otak, baik kanan dan kiri juga perlu digunakan. Untuk memanfaatkan seluruh potensi otak, kita bisa melakukan serangkaian latihan gerak untuk menstimulasi otak yang disebut brain gym atau senam otak.

Brain gym diperkenalkan oleh Paul E.Dennison, Ph.D, seorang ahli kinesiologi yang melakukan berbagai riset mengenai perkembangan otak lewat gerakan-gerakan. Latihan senam otak ini sangat membantu dalam menggerakkan anggota badan, mengkoordinasikan gerak, keterampilan, membantu belajar di sekolah, serta penyesuaian kegiatan sehari-hari.

Gerakan-gerakan dalam senam otak ini relatif mudah dan bisa dilakukan siapa saja. Senam otak ini juga bisa dilakukan setiap hari dan tidak memerlukan tempat khusus. Walaupun mudah dijalankan, namun tetap diperlukan latihan pada awalnya.

Pada anak-anak, menurut Ike.R.Sugianto, Psi, instruktur Brain Gym bersertifikat, akan mengoptimalisasi perkembangan otak. "Tujuannya adalah menarik keluar potensi yang ada, khususnya di usia emas balita. Kondisi otak yang optimal akan membuat proses belajar lebih mudah dan menghilangkan hambatan belajar," kata salah satu pembicara dalam seminar Smart Parents Conference yang akan diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta 31 Juli mendatang.

Senam otak sangat dianjurkan untuk anak-anak yang kemampuan matematiknya belum optimal, begitu pula yang pemahaman membacanya kurang. Brain gym akan membuka bagian-bagian otak yang seluruhnya tertutup atau terhambat. Teknik belajar dengan senam otak ini juga telah diakui oleh National Learning Foundation USA.

Senam otak pada dasarnya berupaya mengaktifkan otak kiri dan kanan secara optimal. Prinsip senam ini adalah melakukan gerakan-gerakan menyimpang melewati bagian tengah atau yang disebut corpus callosum. Untuk "menyeberang garis tengah", gerakan dilakukan dengan menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan tangan kiri bersamaan dengan kaki kanan. Sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan.

Menurut Ike, secara umum terdapat 26 gerakan senam otak. Latihan ini bisa dilakukan sebelum anak beraktifitas atau saat diperlukan untuk aktifitas yang memerlukan perhatian dan konsentrasi. Dengan melakukan gerakan-gerakan menyilang secara teratur untuk beberapa waktu, diharapkan terjadi harmonisasi antara otak kanan dan otak kiri.

Selain untuk anak-anak, senam otak juga diperlukan untuk para pekerja, terutama yang dituntut untuk selalu berpikir kreatif dan penuh inisiatif. Sementara itu pada orang lanjut usia, gerakan senam otak yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kembali kewaspadaan dan konsentrasi.

Di Indonesia sudah cukup banyak instruktur senam otak. Namun, pilihlah intrukstur yang sudah terdaftar dan memiliki lisensi. Anda bisa melihat daftarnya dalam situs www.braingym.org

Anda kurang percaya diri dengan badan gemuk??

05.17 Posted by Harna Nawir No comments
Setiap orang tidak menginginkan badan yang gemuk tapi kadang orang tidak mengetahui faktor yang menyebabkan kegemukan. oleh sebab itu, saya akan menambahkan pengetahuan anda tentang faktor-faktor yang menyebabkan kegemukan yaitu :
1. Faktor makan yang melebihi kebutuhan tubuh
Pertama bisa disebabkan oleh kebiasaan makan yang berlebih, lalu bisa juga disebabkan cara memilih makanan yang salah. Bisa juga sebab menggoreng dan memasak dengan santan. Lalu, kebiasaan ngemil, melupakan makan pagi, frekwensi makan yang tidak teratur dan selalu menghindari nasi.
2. Kurang menggunakan energi.
Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktifitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktifitas fisik tersebut diperlukan untuk membakar kalori dalam tubuh. Bila pemasukan kalori berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktifitas fisik maka seseorang akan menjadi gemuk.
3. Faktor keturunan.
Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orang tua menderita obesitas, dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orang tua menderita obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari orang tua yang obesitas akan mempunyai kecenderungan menjadi gemuk. Gemuk di saat bayi atau anak-anak mempunyai kemungkinan sulit menjadi kurus pada waktu dewasa, disebabkan pada anak-anak sudah membentuk sel yang jumlah nya lebih dari normal.
4. Faktor kecepatan metabolisme basal yang rendah
Hal ini disebabkan energi yang dikonsumsi lebih lambat untuk dipecah menjadi glikogen sehingga akan lebih banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh. Penderita obesitas yang mempunyai metabolisme basal yang rendah, apabila tidak melakukan olah raga dan diet yang benar mempunyai kecenderungan bertambah gemuk, karena semakin membesarnya otot akan menyebabkannya mudah lapar.
5. Faktor hormonal
Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat terjadi penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
Resiko-Resiko yang Mengintai Orang Gemuk
Penyakit-penyakit yang sering menyertai kegemukan antara lain yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, kanker, penyakit batu empedu, stroke, osteoarthritis dan gout.

Nah..sekarang sudah tau kan klw gemuk bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. mulai sekarang lakukanlah program diet. tapi diet yang menyehatkan.