Bagaimana jika sepi selalu saja memenjarakan diri dalam
jiwa?
Tanpa tahu bagaimana cara mencari celah, untuk keluar meski lamban.
Rasa-rasanya ada yang hilang dalam jiwa.
Namun, tak tahu harus menamainya apa
sejatinya
bukan kehilangan utuh, tapi hanyalah sebuah ilusi dari pikiran yang selalu mencari-cari alasan
pembenaran bahwa aku benar-benar merasakan kehilangan.
Bagaimana jika terasa hampa dalam jiwa?
Namun, tak tau
bagaimana mengisi ke-hampa-an itu.
Tiba-tiba saja air mata menyertai datangnya kehampaan,
Mencari tahu sebab
alasan
Bagaimana bisa?
Namun, tak tau harus mencari jawaban apa dan kemana.
Sungguh, aku tak mengerti jiwaku yang tiba-tiba begini.
Seperti hilang arah..
I am not ok
Aku bohong saat berkata bahwa aku baik-baik saja,
tapi aku
juga tak tau bagaimana menyampaikan bahwa aku tak baik-baik saja sementara
alasan dibaliknya pun tak jelas
Semakin hari, jiwa terasa kosong.
Kesepian semakin meraja, mengambil alih
tindak langkah.
Rasa rapuh yang tidak akan bisa menjelma menjadi suara,
mungkin hanya sebatas tulisan.
Sesaat, seperti kehilangan arah kemana nantinya aku
menghadap, untuk apa dan siapa aku hidup. Lalu, mungkinkah dengan keadaan jiwa
yang tak baik-baik saja mampu memberikan aku jawaban.
Tak mungkin rasa sepi dan hampa ini kubiarkan tumbuh subur yang
kemudian akan menjadi bunga yang menawarkan duri dan menyebabkan luka.
Bahkan akarnya pun, takkan kubiarkan tumbuh
dengan kokohnya.
Mungkinkah, penyebab jiwa yang rapuh ini adalah mengikisnya
iman dalam hati.
Tuhan, sepertinya langkahku semakin jauh dari-Mu.
0 komentar:
Posting Komentar