Hari ini aku memerhatikan senja. Indahnya
senja mulai terpancar, menerawang jauh hingga hati pun ikut berwarna. Aku tau
ini ciptaan-Nya dan aku mengaguminya. Semburat cahaya membias merah, tersenyum
menawan mengulur cinta. Senja cerah jatuh di pantai, nan indah. Sebilah harap
ada di sudut sana, berharap kasih datang menjemput indah di sanubari. Mereguk
persoalan di cekung-cekung hati, menyapu bersih masalah yang terhempit di dada.
Keindahan senja itu
mengingatkanku pada keindahan rindu yang ku asuh sejak jauh hari untukmu. Sore
itu aku benar-benar menikmati senja sembari merindu. Mungkin terlalu cepat jika
kukatakan sekarang bahwa aku merindukanmu "jodoh" tapi rasa ini tak bisa
kupungkiri tiap kali aku melihat senja. Apakah aku merindukan orang yang masih
abstrak adanya?
Rindu ini tak tercipta begitu saja,
rindu ini bak pucuk keindahan yang selalu menggumamkan gema kesyahduan mimpi akan hadirmu. Mungkin tak sedikit orang yang merindukan
jodohnya dengan serius, tak banyak orang yang membingkai rindunya dengan
bingkai yang semestinya tapi percayalah rindu ini tak
terjamah dengan nafsu. Pelampiasan rindu ada dalam doa yang selalu
terlantunkan atau kadang aku jadi penikmat senja kala rindu itu menyapa.
Memintal rindu seiring berlalunya senja, hingga pintalan itu akan menjadi sebuah wujud kasih sayang. Kasih sayang yang patut disanjung dan diasuh kala kerinduan ini menemukan muaranya. Muara dalam bentuk pernikahan yang bermakna sebuah kebahagian utuh. kebahagian yang selalu dirindukan bagi penikmat senja yang menunggu senja-senja berikutnya.
Menjadi penikmat senja tak mudah dan juga tak terlalu sulit, hanya butuh kesabaran yang tak semua orang memilikinya. Mengikhlaskan senja berlalu dihari itu dengan masing-masing kenangannya, lalu menunggu senja dilain hari, dengan harapan senjanya akan tetap seindah senja sebelumnya. Menikmati senja sembari merindu..
0 komentar:
Posting Komentar