Family oriented and education oriented

Minggu, 21 Agustus 2016

Aku belum siap

07.52 Posted by Harna Nawir No comments
"Apakah kali ini kau akan menolak lagi laki-laki yang mengajakmu taaruf, Han?" Tiba-tiba Ais menyeletup dengan pertanyaan itu.

"Yah kalau nggak cocok, aku tolak" jawabku dengan santai

"Han, ini udah laki-laki ke berapa? kamu mau nyari yang seperti apa sih? nggak ada yang perfect loh Han. Apa jawabanmu kali ini?"

"Aku sungguh-sungguh tidak mengerti kenapa orang dengan mudah menerima lamaran, padahal menurutku pernikahan itu harus penuh pertimbangan Ais, tidak semudah itu" jawabku dengan penuh semangat

"Han, sepertinya kamu belum mengerti mengapa perempuan butuh laki-laki, aku tau kamu orangnya mandiri dan bisa ngelakuin apa aja sendiri, tapi kita butuh seseorang yang mendukung" gerutu Ais

"Tapi aku belum siap terikat dengan pernikahan, masih banyak target yang harus aku capai sebelum menikah dan itu butuh waktu yang lama" 

"Berapa lama, 3 tahun, 5 tahun, sampe kamu berusia 30 tahun? Han Han kamu tuh yah ga pernah berubah, keras kepala" tutur Ais dengan muka jutek

Aku memang dikenal dengan julukan keras kepala dan super cuek, kalau ngga mau yah aku bilang ngga. Tidak suka basa basi, apalagi pembicaraan yang tidak terlalu penting. Sebagian besar teman-teman ku udah nikah, termasuk Ais. Pertemuan Ais dan suaminya terbilang unik, mereka sudah kenal lama tapi sebagai teman. Belum lama ini, suami Ais melamar Ais dan langsung diterima oleh keluarga Ais. Prosesnya lancar banget, kadang aku mikir, mereka ini kok mudah banget yah saling nerima.

"Yah aku juga ga mau nikah diusia 30 tahun lah Ais, tapi bukan saat ini juga" Kata-kata pembelaan

"Menurutku sih yah, hal yang menjadi penghalang kenapa hati kamu tuh nggak pernah nerima laki-laki karena ketidakmengertianmu tentang pernikahan, ketidaktahuanmu kenapa kau butuh suami" Desis Ais..

'Aku tau kalau menikah itu ibadah, tapi aku belum nemu yang cocok".. tandas ku

Kita nggak bisa nemuin yang cocok, karena kecocokan itu otomatis hadir saat kita sudah menjalani kehidupan rumah tangga. Kecocokan itu tidak dicari tapi diciptakan. Bagaimana kita saling mengerti, memahami kekurangan masing-masing dan saling menopang saat salah satunya lengah. Kalau kamu beralasan tentang ketidaksiapanmu, lalu kapan kamu merasa siap? sementara kamu tidak pernah mau membuka hatimu. Pernikahan itu indah Han.. Kamu hanya butuh keberanian untuk membuka hati dan  menerima lamaran laki-laki yang agamanya baik, cukup itu.

Kalimat Ais membuatku terdiam, sepertinya aku terlalu banyak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang nggak perlu dikhwatirkan, toh ada Allah sang Pengatur. Aku terlalu fokus pada pencapaian dunia, sementara pernikahan tak ada hubungannya dengan itu. Pernikahan tak akan meluluhlantahkan impian kita, mungkin hanya akan berubah arah. 

"Apakah aku harus membuka hati untuk dia, Ais?"

www.google.com

0 komentar:

Posting Komentar