Teduhnya angin sepoi hanya sampai raga, tak
menelusuk hingga ke jiwa yang semakin hari semakin hampa. Entah apa yang terjadi pada jiwa
ini, kering kerontang bak belukar di bawah terik matahari. Terbakar karena
panasnya tak sanggup tertahan oleh jiwanya sendiri. Bagaimana mungkin raga
baik-baik saja sementara jiwa merana. Bagaimana mungkin raga menari dan menebar
tawa kecil sementara jiwa tertatih. Apalah daya jika itu terjadi, hanya mampu
menikmati dengan keber-pura-an bahwa jiwa baik-baik saja disini, dengan
balutan raga yang kelihatannya baik-baik saja.
0 komentar:
Posting Komentar