Apa yang kau suka dari dia?
Pertanyaan itu memecahkan hening, sekilas menyambar hati
yang telah lama terpaut sosok akan dia. Lelaki itu menyimpan cinta yang begitu
dalam untuk perempuan yang dikenalnya begitu lembut, berparas ayu dan sederhana.
Lalu pertanyaan itu, membangunkan dia begitu saja dan
seketika diam. Lelaki itu, mengingat kembali dimana dia pertama kali mengenal gadis
itu. Lelaki itu bukan tipe orang yang percaya dengan jatuh cinta pada pada
pandangan pertama, bukan pula lelaki yang mudah jatuh cinta. Lelaki itu,
memutar kembali gulungan ingatan-ingatannya yang tersimpan baik di hipocampus.
Sampai suatu saat dia mengingat, pertama kali dia mulai menyukai gadis
tersebut. Waktu itu, sosialiasi beasiswa yang diadakan oleh kampus, dia dan gadis
itu ditempatkan pada tim yang sama. Gadis itu bukan perempuan yang pendiam,
tapi bukan pula seorang perempuan cerewet yang berbicara tanpa manfaat. Tutur
katanya selalu memberikan pencerahan bagi siapa saja yang mendengarnya. Lelaki itu menyukai gadis itu karena kagum
dengan kepribadiannya. Gadis itu selalu melakukan kebaikan-kebaikan kecil, yang
sebagian besar orang mengabaikan hal kecil itu.
Intensitas pertemuan yang jarang, tidak menjadi halangan
rasa itu tumbuh kian lebat. Awalnya, alasan sang lelaki menyukai dia karena kepribadian yang dimilikinya. Semakin hari, rasa cinta yang ada bukan
lagi masalah baiknya kepribadian gadis itu atau pun cantiknya paras gadis itu,
tapi terlebih pada alasan yang membuat hati lelaki itu semakin bahagia meski
tak berjumpa.
Sampai pada satu kesimpulan, lelaki itu menjawab pertanyaan.
Apa yang kau suka dari dia?
Karena saat aku menyukai dia, aku kembali mengingat-Nya.
Semakin aku ingin memilikinya, semakin aku ingin memperbaiki
diri lagi menjadi yang lebih baik di mataNya.
Aku ingin mengingatmu saat mengingatNya, agar berkah rasa
ini.
Sekarang, Aku mencintai dia karena Allah.
0 komentar:
Posting Komentar